Menteri Agama Fachrul Razi mengungkapkan alasan mengangkat Nur Cholis sebagai pelaksana tugas (plt) Direktur Bimbangan Masyarakat (Bimas) Katolik.
Penunjukkan tersebut sempat menimbulkan pro dan kontra lantaran Nur Cholis beragama Islam.
Fachrul Razi mengatakan penunjukkan tersebut lantaran pejabat eselon I di lingkungan Bimas Katolik hanya ada satu orang.
Sementara yang lainnya merupakan pejabat eselon II dan III.
Baca: Sinopsis Film Fast and Furious 6 Aksi Kembalinya Dominic, Tayang di GTV Malam Ini Pukul 21.00 WIB
Jadi tidak mungkin pengganti Dirjen Bimas Katolik sebelumnya yakni Eusabius Binsasi, diambil dari Ditjen Bimas Katolik.
"Tidak ada (eselon I beragama Katolik). Ya kan selevel, kan ada aturannya. Katakanlah tidak boleh jabatan jenderal kemudian diisi mayor," kata Fachrul Razi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (10/2/2020).
Untuk mengisi jabatan definitif tersebut, Fachrul Razi mengatakan Kementerian Agama akan menggelar lelang jabatan untuk posisi Direktur Bimas Katolik.
Baca: Kubu Mulfachri Protes Soal Pendaftaran Calon Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan
Dalam lelang jabatan itu, nantinya ada syarat harus beragama Katolik.
"Mulai minggu depan ini (lelang jabatan), keputusannya sudah ditandatangani. Melalui lelang jabatan tidak bisa sembarangan, udah ada aturannya," kata dia.
Sesuai Surat Edaran (SE) Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 2/SE/VII 2019 bahwa ketentuan pelaksana tugas dalam Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas hanya boleh dijabat oleh pejabat yang sama atau setingkat lebih tinggi di lingkungan unit kerjanya.
Baca: Azas Tigor Nilai Anies Baswedan yang Politisasi Masalah Banjir, Minta Jokowi Segera Bertindak: Kacau
Untuk diketahui pejabat eselon 1 di lingkungan Bimas Katolik itu hanya ada 1, sementara selebihnya adalah eselon 2 dan 3 jadi tidak mungkin plt diambilkan dari lingkungan ditjen Bimas Katolik.
Dianggap off side
Penunjukan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Katolik Prof Dr Nur Cholis yang beragama Islam oleh Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mendapat pro dan kontra.
Salah satunya pengamat intelijen senior Suhendra Hadikuntono. Suhendra mengaku tidak habis pikir dengan pertimbangan dan logika Menag Fachrul Razi.