TRIBUNNEWS.COM - Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) menceritakan pengalamannya ketika berada dalam penjara.
Ia mengaku sempat marah kepada semua orang ketika masuk penjara dan menjadi tersangka kasus penistaan agama pada 2017.
Ketika ditanya apakah marah kepada Joko Widodo (Jokowi) juga, BTP mengiyakan.
Hal tersebut ia ungkapkan dalam acara peluncuran buku berjudul 'Panggil Saya BTP', Senin (17/2/2020).
Tapi rasa marah itu perlahan hilang karena ia sadar tidak ada gunanya marah dan benci kepada orang lain.
"Saya belajar kalau kita benci sama orang kita yang sakit," ujarnya dilansir melalui YouTube Kompas TV, Selasa (18/2/2020).
"Panggil saya BTP ini ceritanya ada acara show di Metro TV, metro TV tidak mau Ahok Show lalu diformulakanlah paling cocok BTP," ungkapnya.
Menurutnya nama Basuki Tjahaja Purnama memilik arti yang lebih bagus daripada Ahok.
Ia menceritakan jika nama Ahok diberikan oleh kerabat ayahnya.
Baca: Tak Setuju Survei Indo Barometer, PKS: Kinerja Anies Lebih Baik dari Jokowi dan Ahok
Baca: Tahu Arti Buruk dari Nama Ahok, Ini Alasan Komisaris Utama Pertamina Pilih Dipanggil BTP
Nama 'hok' yang disematkan kepadanya itu berarti belajar dan tambahan huruf 'A' karena itu adalah panggilan Tionghoa.
"Kebetulan ada ibu-ibu Bhayangkari bertanya, pak Ahok kenapa mau dipanggil Ahok?
Artinya apa Ahok itu?"
"Hok itu belajar bukan hoki, kenapa dikasih A ya panggilan orang Tionghoa kan begitu. Kalau A kan artinya tidak
Berarti Ahok tidak belajar jatuhnya."
"Aslinya Basuki artinya makmur sukses berhasil, bercahaya purnama lagi itu tidak mau dipakai padahal namanya lebih baik," imbuhnya.
Dalam acara peluncuran bukunya tersebut BTP juga menceritakan kisahnya ketika tidak memiliki harta setelah bebas dari penjara di Mako Brimob Depok.
BTP sebut saat itu dirinya ingin mendirikan perseroan terbatas (PT) saat menjalani pidana.
Namun, karena keterbatasan dana, BTP mengurungkan niatnya.
Bahkan belum sempat membicarakan soal PT, ada sesuatu yang menyayat hatinya ketika ditanya oleh pengawal pribadinya kala itu.
"Pak, kalau Bapak enggak jadi gubernur lagi, naik mobil jangan naik Avanza ya, Pak'," kata Ahok meniru ucapan pengawalnya.
"Terus saya bilang, 'Avanza pun kalau saya bisa beli, saya bersyukur'," jawab Ahok dikutip dari Kompas.com.
Ahok merasakan kala itu dirinya tidak memiliki apa-apa.
Ia juga mengaku khawatir bila mencari kerja tidak ada perusahaan yang menerimanya karena sudah dicap sebagai penista agama.
Baca: Hasil Survei: Ahok Dinilai Lebih Sukses Atasi Macet dan Banjir Jakarta Dibanding Anies dan Jokowi
"Pas di penjara duit enggak ada, orang mau kerja enggak berani masuk kerja takut menerima penista agama," kata pria yang kini menjabat Komisaris Utama Pertamina itu.
Ahok mengaku, setelah bercerai dengan Veronica Tan, ia menyerahkan seluruh aset kepada anak-anaknya.
Dalam peluncuran buku ini, turut hadir beberapa tokoh, seperti anggota DPR RI Djarot S Hidayat, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi, dan keluarga Ahok.
Ahok sebelumnya divonis dua tahun penjara oleh majelis hakim Pengadian Negeri Jakarta Utara.
Dia dinyatakan terbukti menodai agama dan melanggar Pasal 156a KUHP.
Setelah menjalani masa hukuman, Ahok bebas dari penjara di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, pada 24 Januari 2019.
(Tribunnews.com/Faisal Mohay/Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar)