TRIBUNNEWS.COM - Seseorang yang mengaku Doktor Psikologi, berinisial DS, semakin ramai diperbincangkan masyarakat.
Diketahui, DS mulai menjadi sorotan publik setelah selebgram Revina VT mengungkapkan kejanggalaan yang ia temukan saat akan memenuhi ajakan DS untuk berkolaborasi membuat sebuah konten Youtube.
Sebelum memenuhi tawaran DS, Revina sempat menelusuri nama DS dalam daftar tenaga medis di Sistem Informasi Keanggotaan (SIK) Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) namun ia tak menemukannya.
Kemudian sejumlah orang bermunculan mengaku menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan DS.
Seperti yang ada dalam unggahan akun Instagram pribadi selebgram Revina VT, @revinavt, seorang korban menunjukkan isi pesan DS yang mengajaknya melakukan terapi di kamar hotel.
Menanggapi hal itu, Psikolog di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi., menyebutkan seorang psikolog tak mungkin mengajak kliennya melakukan terapi di kamar hotel.
"Buat masyarakat, yang paling penting dipahami adalah terapi pasti di tempat praktek, bukan di hotel karena hotel rentan," kata Adib saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (17/2/2020) pagi.
Menurut Adib, hal ini juga dapat menjadi patokan untuk menghindari pelecehan seksual.
"Untuk menghindari pelecehan, pastikan terapi tidak di hotel," kata Adib.
Selain itu, untuk menghindari pelecehan, seseorang dapat memberitahu dari awal bahwa dirinya tidak ingin ada sentuhan selama terapi berjalan.
Baca: VIRAL Doktor Psikologi DS Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Begini Cara Pilih Psikolog yang Tepat
"Lebih baik dari awal ngomong, 'saya nggak mau terapi yang sifatnya sentuhan'."
"Nah kalau pun ada sentuhan, pastikan jenis kelaminnya sama," kata Adib.
"Itu bisa dibicarakan dari awal, masyarakat harus tahu," sambungnya.
Adib menjelaskan, memang terdapat sejumlah metode terapi yang menerapkan sentuhan fisik.