TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 2.393 jemaah gagal berangkat umrah setelah setelah Arab Saudi melakukan penghentian sementara izin masuk ke negaranya.
Sebanyak 2.393 jemaah yang gagal tersebut berasal dari 75 Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang diangkut 8 maskapai penerbangan.
Di luar dari jumlah tersebut, sebanyak 1.685 jemaah tertahan di negara ketiga saat transit.
Jemaah yang tertahan tersebut kini sedang dalam proses untuk dipulangkan kembali ke Indonesia.
Kemenag telah menggelar rapat dengan sejumlah terkait untuk membahas situasi tersebut.
“Situasi penghentian sementara yang sangat mendadak ini adalah keadaan KAHAR (force majeur), maka telah disikapi secara khusus oleh semua pihak yang terkait dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Menag seusai rapat, Jumat (28/2/2020).
Baca: Arab Saudi Stop Sementara Umrah, Calon Jemaah Asal Lampung: Tuan Rumah Tak Buka Pintu Ya Bagaimana?
Pemerintah Indonesia melalui kementerian agama (Kemenag) dalam hal ini menghargai sikap PPIU, Maskapai penerbangan dan pihak terkait lainnya.
"Pemerintah Indonesia sangat menghargai sikap PPIU, Maskapai Penerbangan, dan pihak-pihak terkait lainnya yang berkenan untuk mengambil langkah-langkah cepat dan tulus mengatasi keadaan tanpa memberikan beban tambahan kepada jemaah," tulis Kemenag dalam keterangan pers yang dimuat di situs resminya.
Dalam rapat tersebut diputuskan bahwa pihak PPIU akan menjadwalkan ulang dengan penyedia layanan di Arab Saudi tentang akomodasi/ hotel, konsumsi, transportasi darat, dan layanan lainnya
Semua pihak terkait tidak akan membebankan biaya tambahan apapun kepada jemaah atas penundaan keberangkatan ibadah umrah ini termasuk pihak airline.
Adapun tiket keberangkatan, oleh pihak ariline juga tidak akan dihanguskan.
Terkait visa yang sudah dikeluarkan namun tidak dipergunakan, pemerintah Indonesia tengah mengupayakan kepada pemerintah Arab Saudi agar dapat diperpanjang tanpa ada biaya tambahan kepada jemaah.
Baca: Arab Saudi Hentikan Sementara Jamaah Umrah, Jokowi Hargai Kebijakan Ini Demi Kesehatan
Tanggapan Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut menanggapi situasi yang terjadi saat ini.
Jokowi menyampaikan bahwa ia menghargai kebijakan yang diberikan oleh pihak Arab Saudi.
Menurutnya ini merupakan salah satu langkah mengatasi penyebaran virus corona.
”Kebijakan dari Pemerintah Arab Saudi. Kita menghargai, kita menghormati karena apapun yang namanya kesehatan itu memang dinomorsatukan oleh Pemerintah Arab Saudi. Kita menghargai, sangat menghargai itu,” ujar Presiden Jokowi seperti dikutip laman resmi Sekretaris Kabinet RI.
Selain presiden Jokowi, Menteri Luar Negeri juga mengatakan bahwa Warga Indonesia harus menghargai keputusan dan kebijakan yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi, karena ini diberlakukan di seluruh negara.
Tak hanya Presiden Joko Widodo, menteri kesehatan Terawan Agus Putranto, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga sepakat menghargai kebijakan yang telah ditetapkan.
Baca: BI: Modal Asing Keluar Sejak Ada Corona, di SBN Rp 26,2 Triliun dan Saham Rp 4,1 Triliun
Untuk diketahui, jumlah jemaah umrah Indonesia dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan.
Data Kementerian Agama, jumlah jemaah umrah Indonesia dalam kurun 2014-2015 berjumlah 649.000.
Hal ini meningkat di tahun 2015-2016 sebanyak 677.509 dan naik lagi di 2016-2017 yaitu 876.246.
Kemudian jumlah tersebut melonjak signifikan di tahun 2017-2018 mencapai 1.005.336, dan menurun sedikit di tahun 2018-2019 menjadi 974.650 jamaah.
Baca: Aa Gym: Jemaah Umrah Tak Perlu Galau dan Resah, Tetap Luruskan Niat dan Ikhtiar
Sebelumnya diberitakan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan kebijakan penangguhan sementara masuknya jemaah umrah maupun wisatawan yang akan berziarah ke negaranya.
Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Sejak muncul pada Desember 2019 lalu, wabah virus corona hingga kini tercatat telah melanda 56 negara.
Laporan real time dari situs thewuhanvirus.com Jumat (28/2/2020) siang, sebanyak 2.858 orang dinyatakan meninggal dunia akibat virus tersebut.
Sebagian besar kasus kematian dilaporkan terjadi di daratan China yakni 2.788.
Sementara untuk pasien yang berhasil sembuh, dilaporkan juga terus mengalami peningkatan, kini sebanyak 36.117.
(Tribunnews.com/Tio)