Dodi mengungkapkan bahwa warga kota Wuhan mulai panik setelah dikabarkan oleh pemerintah setempat bahwa kota akan dilakukan penutupan dan pemblokiran.
Sebelumnya, pemerintah kota Wuhan sudah mengumumkan penemuan virus tersebut, namun belum dapat memastikan jenisnya sehingga belum ada kejelasan.
Tetapi setelah ditemukan puluhan korban yang meninggal, maka pemerintah memutuskan menutup semua akses yang ada di kota Wuhan.
Adapun pengumuman dari pemerintah Wuhan tersebut terjadi pada 23 Januari 2020.
"Itu setelah pengumuman pagi jam 8. Setelah pemerintah memutuskan nanti jam 10 pagi kota akan ditutup, transportasi ditiadakan, itu masyarakat langsung racing ke supermarket-supermarket terdekat," kata Dodi, dilansir Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne, Selasa (3/3/2020).
Dodi mengatakan, saat dilakukan penutupan kota Wuhan terdapat sekitar 25 orang yang dinyatakan meninggal dan 800 orang terinfeksi.
Ia pun mengungkapkan perbedaan warga Indonesia dan Wuhan atas kepanikan virus corona itu.
"Perbedaannya di situ. Jadi, kepanikan itu muncul ketika kota (Wuhan) dinyatakan akan ditutup," kata Dodi.
Sementara di Indonesia, masyarakat panik saat baru ditemukan 2 WNI yang positif virus corona, sedangkan kasus terinfeksi belum ada.
"Wajar sih masyarakat di sekitar tempat korban panik. Mengingat juga mereka pasti melihat berita yang sebelumnya terjadi di Wuhan, waktu kami juga ada di sana," kata Dodi.
Walau demikian, senada dengan Firni menurutnya pemerintah harus lebih meyakinkan masyarakat yang ada di perumahan Studio Alam Indah.
Ia berharap masyarakat sekitar rumahnya untuk lebih tenang, dapat mengendalikan diri, dan saling meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Selain itu, sikap waspada juga harus diterapkan, namun tidak perlu hingga berujung heboh dan menggemparkan karena akan menimbulkan kecemasan bagi yang lain.
(Tribunnews.com/Nidaul Urwatul Wutsqa)