“Pada tahun 1955 belum banyak kendaraan yang lalu-lalang. Orang-orang berdiri di pinggir jalan melihat langsung para delegasi yang lewat,” ujarnya.
Ia pun menjelaskan di tahun 1955 setiap delegasi yang lewat akan diumumkan melalui pengeras suara, sehingga suasananya sangat akrab.
“Waktu itu saya merasa terharu karena bisa meliput konferensi besar, sedangkan orang lain tidak,” ujar Paul yang lahir di Surabaya itu.
Selama KAA 1955 digelar, Om Paul menghabiskan antara 200 sampai 300 lembar foto yang mengabadikan suasana pelaksanaan konferensi maupun para tokoh-tokohnya.
Di antaranya para pemimpin negara yang sedang berjalan dari Hotel Savoy Homann ke Gedung Merdeka atau suasana sidang.
Foto-foto Om Paul tak hanya dimuat koran lokal Bandung, tapi juga media nasional di Jakarta.
Karya-karya foto Om Paul sampai kini terus dipakai untuk menceritakan sejarah dunia yang pernah terjadi di Indonesia.
Di hari tuanya, Om Paul menghabiskan waktunya di Jakarta.
Om Paul mempunyai tiga anak yang kini telah memberikan banyak cucu.