TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara terkait sikap pemerintah yang sempat dianggap tidak tegas soal peraturan mudik.
Jokowi menyampaikan, setiap kementerian mempunyai sikap yang berbeda terkait kebijakan mudik di tengah pandemi virus corona ini.
Hal itu presiden sampaikan kepada Najwa Shihab sebagai pembawa acara Mata Najwa, satu jam sebelum Jokowi mengumumkan larangan mudik pada Selasa (22/4/2020) lalu.
"Semua kementerian itu pro dan kontra, ada yang setuju ada yang tidak setuju," ujarnya, dikutip dari YouTube Najwa Shihab, Kamis (24/4/2020).
"Tapi sejak awal sudah saya sampaikan kepada menteri bahwa suatu saat akan saya larang," jelas Jokowi.
Baca: Jelang Larangan Mudik 2020, Terminal Tanjung Priok Ramai Calon Penumpang
Baca: 171 Ribu Personel Polri-TNI Dikerahkan Terkait Larangan Mudik Lebaran, Jalan Arteri dan Tol Disekat
Baca: Kinerja Terawan Tangani Covid-19 Banyak Dikritik , Ini Penilaian Jokowi Pada Menkes
Ia mengatakan, jutaan orang bersikeras tetap ingin mudik ke daerah asal, meskipun sudah ada imbauan dari pemerintah.
"Itung-itungan terakhir kita yang masih ingin mudik, itu kajian lapangan kita masih jutaan, bukan ribuan," terangnya.
Berdasarkan kajian di lapangan tersebut, maka Jokowi mengambil keputusan untuk melarang mudik.
"Sejak awal saya sampaikan, kalau angkanya seperti ini, mudik dilarang," tegasnya.
Mendengar pernyataan Jokowi tersebut, Najwa Shihab menanyakan alasannya tak melarang mudik sejak awal.
Baca: Jika DKI Jakarta Lockdown, Jokowi: Butuh Biaya Rp 550 Miliar Sehari
Baca: Jawab Kritik soal Kartu Prakerja, Ini Penjelasan Jokowi
Baca: Jokowi Optimis Puncak Pandemi Corona di Indonesia Bukan April, Diperkirakan 3 Bulan Lagi Baru Landai
Jokowi mengungkapkan, pemerintah tak ingin membuat masalah baru bagi masyarakat.
"Kita memakai transisi, jangan sampai menimbulkan syok, dan justru menimbulkan masalah baru," katanya.
Menurutnya, masyarakat akan mendadak pulang kampung, apabila larangan mudik diterapkan lebih awal.
"Nanti ramai-ramai ke stasiun, terminal, ke bandara, yang nanti terjadi penumpukan orang di suatu tempat."