TRIBUNNEWS.COM - Sosiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Bagong Suyanto memberikan tanggapannya soal istilah mudik dan pulang kampung.
Istilah mudik dan pulang kampung tengah ramai menjadi perbincangan publik.
Hal tersebut bermula saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, istilah mudik berbeda dengan pulang kampung.
Pernyataan itu disampaikan Jokowi kepada Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa Trans7, Rabu (22/4/2020).
Terkait dengan hal itu, Sosiolog Unair Bagong Suyanto memberikan komentarnya.
Bagong mengatakan, secara terminologi mudik memang khas melekat pada tradisi peringatan Hari Raya Idul Fitri.
"Jadi mudik memang menjadi rangkaian kegiatan yang ada kaitannya dengan perayaan lebaran," ujar Bagong melalui sambungan telepon kepada Tribunnews.com, Kamis (23/4/2020).
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair tersebut menyebut, pulang kampung bisa dilakukan orang setiap saat.
"Yang dilarang pemerintah kan mudiknya, mudik yang berkaitan dengan Hari Raya Idul Fitri," ujar Bagong.
Baca: Ada Larangan Mudik, Bandara Soekarno-Hatta Hentikan Penerbangan Komersial hingga 1 Juni 2020
Baca: Jokowi Sebut Mudik dan Pulang Kampung Hal Beda, Iwan Fals: Presiden Kesrimpet Kali
Meski kedua istilah tersebut berbeda, namun menurut Bagong, dalam kondisi pandemi seperti ini, baik mudik maupun pulang kampung sebetulnya tidak diharapkan untuk dilakukan masyarakat.
"Karena ini ada kaitannya dengan mobilitas sosial yang dikhawatirkan memicu penyebaran Covid-19 semakin meluas."
"Saya kira nggak penting ya mau istilahnya pulang kampung atau mudik."
"Yang penting dua-duanya itu diharapkan tidak dilakukan karena berisiko."
"Ini kan pemerintah maunya memotong rantai penularan Covid-19," paparnya.
Baca: Sejuta Orang Sudah Pulang ke Daerah Sebelum Dilarang, Jokowi Sebut Itu Pulang Kampung Bukan Mudik