News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang Jatuh pada Tanggal 2 Mei

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Simak sejarah peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei.

TRIBUNNEWS.COM -  Berikut sejarah peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei.

Biasanya, Hari Pendidikan Nasional diperingati dengan melakukan upacara bendera disertai dengan pidato bertema pendidikan.

Dikutip dari id.wikipedia.org, Hari Pendidikan Nasional bukanlah hari libur, namun ditetapkan sebagai hari untuk memperingati kelahiran Ki Hajar Dewantara.

Baca: Hari Pendidikan Nasional: Kumpulan Kata-kata Motivasi dan Kutipan Populer dari Ki Hajar Dewantara

Baca: Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional, Cocok untuk Update Status WhatsApp, Instagram, dan Facebook

Ki Hajar Dewantara merupakan seorang tokoh pelopor pendidikan di Indonesia.

Selain itu, ia juga pendiri lembaga pendidikan bernama Taman Siswa.

Taman Siswa adalah nama sebuah sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta.

Saat pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa".

Nama tersebut merupakan realisasi gagasan Ki Hajar Dewantara bersama dengan teman-teman di paguyuban Sloso Kliwon.

Sejarah Hari Pendidikan Nasional

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara.

Ki Hajar Dewantara adalah seorang pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama era kolonialisme Belanda.

Ia lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889.

Ia dikenal karena sikap berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.

Pada masa itu, pemerintah Hindia Belanda hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.

Hari nasional ini ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.

Kritik Ki Hajar Dewantara terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda.

Kemudian, ia mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan).

Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional yang kedua oleh Presiden RI, Sukarno, pada 28 November 1959 dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

Baca: 10 Kutipan Populer Ki Hajar Dewantara untuk Hari Pendidikan Nasional, Berikut 20 Ucapan Hardiknas

Filosofi tersebut digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia.

Ki Hajar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959.

Kemudian, untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Dikutip dari Kompas.com, sistem pendidikan yang ada di Indonesia pada era penjajahan Belanda sangat memprihatinkan.

Pada masa itu, sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda tidak mau menerima masyarakat Indonesia yang berasal dari kalangan biasa.

Mereka hanya menerima masyarakat yang berasal dari kalangan menengah atas.

Meskipun kalangan menengah atas bisa bersekolah yang didirikan oleh Belanda, namun hanya terbatas, diantaranya orang Belanda, keturunan China, hingga anak-anak bangsawan saja.

Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia banyak yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak.

Masyarakat Indonesia hanya bisa menyelesaikan sekolah rakyat (SR) atau bahkan tidak bisa sekolah sama sekali.

Berawal dari kondisi pendidikan di Indonesia yang sangat memprihatinkan, akhirnya Ki Hajar Dewantara mulai mencari cara untuk mengembangkan dan memperbaiki pendidikan yang layak bagi masyarakat Indonesia.

Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan organisasi Taman Siswa.

Taman Siswa merupakan awal dari keluarnya semboyan Ki Hajar Dewantara yakni, "ing ngarsa sung tulada" yang artinya di depan memberi teladan, "ing madya mangun karsa" yang artinya di tengah membangun prakarsa atau menjadi penyemangat, dan "tut wuri handayani" yang artinya dari belakang mendukung atau memberi dukungan.

Dikutip dari Harian Kompas yang terbit pada 2 Mei 1968, pemerintah akhirnya memberikan penghargaan kepada Ki Hajar Dewantara yang telah berjasa sebagai pelopor sistem pendidikan nasional berbasis kepribadian dan kebudayaan nasional.

Melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 305 Tahun 1959 pada Tanggal 28 November 1959, Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Sesuai Keputusan Presiden Nomor 316 tahun 1959, hari lahir Ki Hajar Dewantara pada tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Setelahnya, setiap memperingati Hari Pendidikan Nasional, dilakukan dengan mengadakan serangkaian acara termasuk lomba-lomba.

Namun, pada masa Orde Baru, beberapa pihak menyatakan keberatan dengan perayaan tersebut.

Dikutip dari Harian Kompas yang terbit pada 3 Mei 1968, Presidium Pusat KAGI dan PB PGRI menolak perayaan itu.

Mereka berpendapat Ki Hadjar Dewantara bukan satu-satunya tokoh pendidikan nasional di Indonesia.

Mereka juga menyebut masih ada tokoh lain yang berjasa dalam meningkatkan sistem pendidikan di Indonesia.

Namun, pemerintah masih terus memperingati setiap tahunnya dan masih berjalan hingga saat ini.

Hal itu menyebabkan penolakan peringatan Hari Pendidikan Nasional tidak terjadi dalam waktu yang lama.

Seiring berjalannya waktu, pro dan kontra terhadap Ki Hajar Dewantara dapat berakhir.

 (Tribunnews.com/Yurika Nendri, Kompas.com/Aswab Nanda Prattama)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini