Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekira 600.000 pemudik telah tiba di Jawa Tengah (Jateng) berdasarkan keterangan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Senin, (11/5/2020).
Para pemudik tersebut berasal sejumlah daerah, bahkan dari luar negeri. Namun Ganjar menuturkan yang paling banyak berasal dari daerah Jabodetabek.
"Dari mana-mana, tapi yang paling banyak dari Jabodetabek," ujar Ganjar dalam sesi live Instagram dengan MNC Trijaya FM, Senin (11/5/2020).
"(Kota paling banyak pemudiknya) Banyumas, Brebes, Pemalang, Wonogiri," lanjutnya.
Baca: Gubernur Ganjar: Hanya Orang Gila yang Tega Korupsi Saat Bangsa Berjuang Melawan Covid-19
Baca: Gegara Pandemi Virus Corona, Ganjar Pranowo Belajar Kilat Virologi Sampai Minta Gambar Covid-19
Gubernur Jateng tersebut protokol karantina telah diberlakukan bagi para pemudik.
Namun, ia juga menyebut ada diantara pemudik yang juga ada yang tidak mau di isolasi, bahkan hingga terlibat perkelahian.
Baca: Ganjar Pranowo: Korupsi di Masa Pandemi Virus Corona, Laknat Dunia Akhirat!
"Rata-rata mereka dikarantina, ada yang isolasi mandiri. Ada juga yang tidak mau di isolasi. Ada yang pake berkelahi dulu juga aja," ujar Ganjar.
Beberapa pemudik di Jawa Tengah juga ada yang positif terpapar Covid-19.
Ganjar menyebut sebanyak 7 orang dari Cilacap yang pulang dengan travel positif dan sedang dirawat.
"Ada juga yang indirect, dia tidak langsung, tapi dia berhubungan terus yang lain kena juga ada. Tapi sejauh ini baru itu, belum yang dari mudik terus menulari, itu belum terdata banyak," ujar Ganjar.
Dari sejumlah kota di Jawa Tengah, hanya Kota Tegal yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan ada kemungkinan penularan masih bisa berputar.
Kendati demikian Gubernur Jateng itu mengaku pihaknya telah memperingatkan masyarakat dan masyarakat mau mengikuti imbauan tersebut.
"Kecuali (yang tidak ikut peraturan). Yang tidak itu yang polos, yang ngeyel, yang mau jalan sendiri itu selalu ada," ujarnya
Terkait program 'Jogo Tonggo' (jaga tetangga) yang diusulkannya, Ganjar menjelaskan hal tersebut salah satu cara alternatif bagi daerahnya untuk tidak memberlakukan PSBB.
"Seperti di Taiwan dan Korsel, ada 'new normal'. Saya pikir ini yang paling cocok. Kita semua belajar untuk menggunakan masker bbila keluar. Tau diri berapa jaraknya. lalu bdia menjaga kesehatan," ujar Ganjar
"Sebenarnya kalau itu (diterapkan), semua beres. Masuk mal antri, masuk toko, duduk di transportasi. dengan cara itu kegiatan ekonomi juga bisa berjalan. Maka dari itu kita melakukan penataan. seperti menata pasar di Salatiga. Pabrik juga. Kecuali sudah seperti itu masyarakat tetap tidak mau, maka kita tetapkan PSBB," lanjutnya