Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menekankan pentingnya bergotong royong dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Salah satunya adalah melalui Organisasi Penggerak yang merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar.
Program ini diharapkan dapat mendorong terwujudnya ribuan sekolah penggerak di Indonesia.
Adapun fokus utama Organisasi Penggerak adalah peningkatan kualitas guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan berdasarkan model-model yang berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.
Baca: PAN Minta Tapera Bantu Guru Honorer Punya Rumah
Baca: Ronny Bugis Tak Tahan Oleh Tekanan Pemberitaan Penyerangan Novel Baswedan Hingga Akui Perbuatan
Baca: Liga 1 Siap Bergulir Tapi Kok Belum Ada Panggilan lagi dari Persik Kediri kata Reksa Maulana
Dengan adanya Merdeka Belajar, guru penggerak diberikan ruang lebih untuk berinovasi untuk menemukan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan kemampuan siswa.
Lalu, inovasi tersebut menjadikan sekolah di mana ia berada menjadi sebuah sekolah penggerak.
Kemudian, sekolah penggerak diharapkan dapat mendorong sekolah lainnya untuk melakukan transformasi pembelajaran yang berpusat pada murid.
Namun, hal ini harus disertai dengan dukungan atau gotong royong antar berbagai pihak termasuk komunitas yang terdiri dari orang tua hingga organisasi masyarakat.
Semangat gotong royong dalam Organisasi Penggerak ini pun kembali ditekankan oleh Mendikbud Nadiem Makarim.
“Waktu itu, saya beserta tim menjanjikan bahwa paradigma Kemdikbud akan berubah menjadi jauh lebih gotong royong. Inilah buktinya pada hari ini apa yang kita maksud gotong royong,” ungkap Nadiem, dilansir dari akun resmi Instagram Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbud, Kamis (4/6/2020).
“Bukan hanya janji-janji palsu gotong royong. Tapi bahkan kita akan menggerakkan sekolah dengan organisasi penggerak,” imbuhnya.
Pada fase pertama Organisasi Penggerak (2020-2022), Kemdikbud menargetkan peningkatan kompetensi 50.000 guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan di 5.000 PAUD, SD, SMP, serta satuan pendidikan khusus/luar biasa.
“Kita luncurkan program Organisasi Penggerak di bulan Maret dan sekarang sedang dalam proses mulai berevolusi,” ujar Direktur Jenderal GTK Iwan Syahril.
Dirinya pun berharap nantinya program ini dapat diluncurkan dan menghasilkan dampak yang lebih besar ke ekosistem.
“Terutama ekosistem yang memiliki banyak tantangan. Yuk kita gotong royong untuk ini,” katanya.