"Ini jadi persoalan, bagaimana mungkin BUMN mengangkat milenial kemudian petinggi BUMN bilang sedang eksperimen. Tolong, ini situasi negara sedang sulit," kata Adian.
"Saya berharap ini cuma salah kata saja," lanjut dia.
Adian menyatakan bahwa alasan coba-coba dari Kementerian BUMN tersebut dapat mencoreng kepercayaan rakyat kepada pemerintah.
Apalagi, kata Adian, saat ini situasi sedang sulit akibat pandemi Covid-19 yang melanda Tanah Air.
"Ada uang rakyat ditaruh di situ, ada harapan rakyat di situ, persoalan ekonomi sedang sulit. Jangan katakan ini langkah eksperimen," ujar dia.
"Rakyat bisa hilang kepercayaan. Saya bicara seperti ini agar rakyat tetap percaya dengan pemerintah. Yang membuat rakyat tidak percaya itu adalah pernyataan BUMN sendiri. Menurut saya, ini masalah komunikasi politik," lanjut Adian.
-
Baca: Mengapa Kritikan Adian sampai Jadi Perhatian Jokowi? Pihak Istana: Selama Ini Dekat dan Peduli
Menurutnya, langkah Kementerian BUMN menempatkan milenial sebagai petinggi di perusahaan BUMN saat ini tidak tepat.
Ia menilai, seharusnya pemerintah dapat menunggu di situasi yang lebih stabil.
"Di situasi lain boleh saja, di situasi ini tidak," tutur Adian.
Diberitakan, Kementerian BUMN menyatakan, sedang melakukan eksperimen dalam penempatan sumber daya manusia berbakat, dengan memberikan posisi direksi dan komisaris di beberapa perusahaan pelat merah.
Penempatan sejumlah milenial di posisi teratas perusahaan-perusahaan BUMN tampak jelas dari beberapa perombakan di petinggi perusahaan-perusahaan negara belakangan ini.
Beberapa nama kalangan milenial yang kini menjabat sebagai petinggi BUMN, yaitu Muhamad Fajrin Rasyid sebagai Direktur PT Telekomunikasi Indonesia.
Ia sebelumnya merupakan Co-Founder dan Presiden Direktur Bukalapak.
Ada pula, Septian Hario Seto yang menjadi Komisaris BNI.