Dalam berbagai studi dikatakan, obat ini hanya cukup 5-15 menit diinhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus.
Artinya dengan konsentrasi 1 persen saja sudah cukup membunuh virus 80-100 persen.
Bahan aktif utamanya, terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus melalui mekanisme M pro.
M pro adalah main protease (3CLPro) dari virus corona yang menjadi target potensial dalam penghambatan replikasi virus corona.
Penelitian menunjukkan Eucalyptol ini berpotensi mengikat protein Mpro sehingga menghambat replikasi virus.
Manfaat tersebut dapat terjadi karena 1,8 cineol dari eucalyptus disebut eucalyptol dapat berinteraksi dengan transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran pernapasan.
Terkait dengan banyaknya keraguan terhadap antivirus ini, Fadjry mengatakan, hingga saat ini, banyak negara yang berlomba-lomba menemukan antivirus corona, begitupun di Indonesia.
Baca: Kementan Dinilai Terlalu Cepat Klaim Kalung Antivirus Corona karena Uji Klinisnya Belum Tuntas
Baca: Komisi IX DPR RI Minta Kementan Lakukan Penelitian Lanjutan Soal Kalung Antivirus Corona
Baca: Kementan Luncurkan Kalung Antivirus Corona, Menko PMK: Perlu Ada Kajian yang Lebih Mendalam
Pemerintah melalui Kementerian dan Lembaga, terus mencoba mencari cara dan menemukan obat untuk mencegah serta menangani virus corona (Covid-19) yang masih mewabah di Indonesia.
"Ini bukan obat oral, ini bukan vaksin, tapi kita sudah lakukan uji efektivitas, secara laboratorium secara ilmiah kita bisa buktikan," ungkapnya.
"Paling tidak ini bagian dari upaya kita, minyak eucalyptus ini juga sudah turun menurun digunakan orang dan sampai sekarang tidak ada masalah."
"Sudah puluhan tahun lalu orang mengenal eucalyptus atau minyak kayu putih, meskipun berbeda sebenarnya, tetapi masih satu famili hanya beda genus di taksonomiā pungkas Fadjry.
(Tribunnews.com/Nuryanti)