Pihak Kepolisian kerap melakukan upacara penghormatan di makam Jenderal Hoegeng.
"Kemarin ada upacara dari pihak Kepolisian. Jadi setiap tahun ada empat kali upacara. Itu dari veteran, Kapolri, Yayasan dan yang satu lagi saya lupa dari mana. Pokoknya setahun ada empat kali upacara yang saya tahu," paparnya.
Terkait publik figur, Nani juga mengungkap artis yang datang untuk mendoakan almarhum Hoegeng.
"Kalau artis, banyak juga yang datang berziarah. Termasuk Indro Warkop. Beliau sering datang juga untuk mendoakan almarhum pak Hoegeng," paparnya.
Nani bekerja sebagai penjaga makam sejak tahun 1978.
"Saya sangat senang dipercaya untuk menjaga kebersihan makam pak Hoegeng. Beliau orang baik, keluarganya juga sangat baik kepada semua orang. Termasuk kepada saya yang bertugas menjaga makam ini," kata dia.
"Sebenarnya makam pak Hoegeng tadinya biasa saja. Ketika itu, Kapolri Dai Bachtiar datang menggunakan Helikopter, meminta makam pak Hoegeng dibuatkan pendopo. Setiap yang datang berziarah ke makam beliau, pasti bercerita kalau beliau adalah orang yang paling jujur," ungkapnya.
Nanti juga menceritakan, sebelum Jenderal Hoegeng berpulang menghadap sang pencipta, sudah memesan pemakaman di Taman Pemakaman Bukan Umum (TPBU) Giri Tama, Kemang.
Ketika itu Jenderal Hoegeng datang bersama istrinya.
"Beliau memesan dan membeli untuk lima makam di sini," ujar Nani Nisum.
Nani menjelaskan lima makam yang dipesannya tersebut diperuntukkan kepada keluarganya.
"Membeli lima makam yang tadinya berupa tanah kosong ini untuk keluarganya. Untuk tahunnya sendiri saya kurang ingat," jelasnya.
Dikutip dari Wikipedia, Hoegeng Imam Santoso masuk pendidikan HIS pada usia enam tahun, kemudian melanjutkan ke MULO (1934) dan menempuh sekolah menengah di AMS Westers Klasiek (1937).
Setelah itu, ia belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia tahun 1940.