TRIBUNNEWS.COM - Mandor kapal Lu Huang Yuang Yu 118, Song Chuanyun telah ditetapkan sebagai tersangka terkait penemuan jenazah ABK Indonesia di dalam lemari pendingin.
Dikutip dari Kompas.com, Song ditetapkan sebagai tersangka pada Senin (13/7/2020) setelah empat hari diinterogasi di Indonesia.
Song diduga menganiaya ABK Indonesia, Hasan Afriandi hingga tewas.
Diberitakan sebelumnya, petugas gabungan pekan lalu mencegat dua kapal berbendera Tiongkok, Lu Huang Yuang Yu 117 dan 118.
Kedua kapal dihadang petugas ketika sedang berlayar di Selat Malaka, dari Singapura mengarah ke Argentina, diberitakan AFP dari Macau Bussines.
Baca: Aniaya ABK Asal Indonesia, Polri Tangkap Mandor Kapal Ikan China Lu Huang Yuan Yu 118
Baca: Kisah WNI yang Jadi ABK di Kapal China: Gaji Tak Seberapa tapi Sering Dianiaya
Dari penggeledahan, polisi menemukan jasad ABK yang disimpan dalam lemari pendingin.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Kepri, Arie Dharmanto mengatakan Song akan diadili di Indonesia.
Ini lantaran penyelidikan mengungkapkan insiden penganiayaan terjadi di perairan teritorial Indonesia.
"Semua proses hukum akan dilakukan di Indonesia dan kami juga mencari lebih jauh untuk melihat bisa menggunakan dakwaan perdagangan manusia dalam kasus ini selain dugaan penyiksaan," kata Arie kepada AFP, Senin (13/7/2020).
Dia mengatakan bahwa ABK Indonesia mengalami penganiayaan di dalam kapal tersebut.
Arie menyebut kondisi di dalam kapal Tiongkok itu mengerikan.
Tidak berheti sampai Song Chuanyun saja, kini polisi tengah mendalami agen penyalur ABK untuk dua kapal Lu Huang Yuang Yu.
Song Chuanyun bekerja sebagai koordinator ABK di Lu Huang Yuang Yu 118.
Baca: Mandor Kapal China Jadi Terangka Kasus Tewasnya ABK WNI, Pelaku Dijerat Pasal Berlapis
Baca: Menlu: Ada Dugaan Tindak Pidana Kekerasan ABK WNI Kapal Lu Huang Yuan Yu 117 dan 118
Menurut laporan, Song kerap kali menyiksa dengan memukul ABK dari Indonesia termasuk Hasan Afriandi yang ditemukan tewas di dalam freezer.
Pria asal Lampung itu diduga telah disimpan di dalam lemari pendingin sejak akhir Juni, jelas Arie.
"Korban sakit tetapi dipaksa bekerja. Jadi dia dipukuli. Setelah disiksa, korban dibiarkan tanpa makanan selama tiga hari sebelum meninggal," kata Arie.
Polisi menerangkan bahwa Hasan menderita banyak luka di tubuhnya, diduga bekas pukulan sebuah benda.
"Yang sering memukul mereka yakni mandor dan nahkoda kapal Lu Huang Yuan Yu 118," kata Arie, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (11/7/2020).
Menurut Arie pemicu penyiksaan itu hanya masalah sepele dan direkayasa ABK asal China.
Lebih lanjut, Arie menerangkan para ABK mengaku dipukuli dengan tangan kosong hingga besi setiap harinya.
Puluhan ABK China, Indonesia, dan Filipina yang ada dalam kapal diinterogasi di Kepolisian Kepri sehubungan dengan kematian Hasan.
Baca: Pengakuan ABK Kapal China yang Simpan Jasad WNI di Freezer: Dipukul hingga Dilempar Besi oleh Mandor
Baca: Cerita ABK Indonesia di Kapal China yang Dianiaya Setiap Hari karena Perkara Sepele
Pengamat menerangkan bahwa industri perikanan memang penuh dengan praktik kerja paksa, eksploitasi ABK tanpa upah, hingga kekerasan berujung kematian.
Sebelumnya pada Juni lalu dia awak kapal asal Indonesia nekat melompat ke laut demi melarikan diri dari kapal Tiongkok.
Kedua ABK itu mengaku tidak kuat menghadapi kondisi mengerikan di sana.
Sekitar satu bulan sebelumnya, tiga ABK Indonesia tewas dilempar ke laut oleh kapal berbendera China.
Pemerintah mengatakan bahwa tiga WNI itu meninggal karena sakit.
Sementara Beijing menilai pelarungan tiga jenazah ABK itu sesuai dengan hukum internasional.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani) (Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya/ Kontributor Batam, Hadi Maulana)