TRIBUNNEWS.COM - Puasa Arafah merupakan puasa sunah yang dilaksanakan di bulan Dzulhijjah, tepatnya pada 9 Dzulhijjah.
Puasa Arafah memiliki nilai keutaman dan hikmah yang sangat besar.
Dijelaskan oleh Muhammad Syukron Maksum dalam bukunya Panduan Lengkap Ibadah Muslimah, puasa Arafah dilakukan bagi umat muslim yang sedang tidak melaksanakan ibadah haji.
Bagi umat muslim yang sedang berhaji maka tidak wajib melakukan puasa ini.
Hal ini karena kaum muslim yang sedang berhaji tengah mengerjakan rukun-rukun dan serangkaian amal menunaikan ibadah haji.
Pada 9 Dzulhijjah, kaum muslim sedang melakukan puncak ibadah haji, yakni wukuf, di padang Arafah.
Bagi yang tidak berhaji, umat muslim disunahkan untuk menjalankan puasa Arafah, sebagai analogi bagaimana beratnya pelaksanaan wukuf di padang Arafah.
Selian itu, bagi umat muslim yang tidak melaksanakan wukuf juga dapat meraih pahala dan manfaat yang besar dengan berpuasa di hari tersebut.
Baca: Kisah Hari Raya Idul Adha, Lengkap dengan Panduan Pelaksanaannya Selama Pandemi Covid-19
Dalam hadis diterangkan, "Tiada hari yang lebih banyak Allah membebaskan hambanya dibanding Hari Arafah." (HR Muslim)
Puasa Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar, yakni dihapuskan segala dosa selama satu tahun yang lalu dan satu tahun mendatang akan dijaga Allah.
"Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia diampuni dosa-dosanya setahun yang di depannya dan setahun setelahnya." (HR. Ibnu Majah; shahih).
Keutamaan tersebut juga tertuang dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah al-Anshar:
"Dan Rasulullah SAW ditanya tentang berpuasa di hari Arafah. Maka, baginda bersabda, 'Ia menebus dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang'.” (HR Imam Muslim)
Tidak hanya itu, melaksanakan Puasa Arafah juga dapat melipatgandakan pahala kita