News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Idul Adha 2020

Besok Puasa Arafah 9 Dzulhijjah, Besar Keutamaannya, Berikut Bacaan Niatnya

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Idul Adha

TRIBUNNEWS.COM - Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1441 Hijriyah jatuh pada Jumat (31/7/2020).

Ada beberapa ibadah yang bisa dilakukan dalam bulan Dzulhijjah, antara lain ibadah kurban dan juga puasa sunah Arafah.

Puasa Arafah merupakan puasa sunah yang dilaksanakan di bulan Dzulhijjah, tepatnya pada 9 Dzulhijjah.

Puasa Arafah memiliki nilai keutaman dan hikmah yang sangat besar.

Dijelaskan oleh Muhammad Syukron Maksum dalam bukunya Panduan Lengkap Ibadah Muslimah, puasa Arafah dilakukan bagi umat muslim yang sedang tidak melaksanakan ibadah haji.

Bagi umat muslim yang sedang berhaji, maka tidak wajib melakukan puasa ini.

Hal ini karena kaum muslim yang sedang berhaji tengah mengerjakan rukun-rukun dan serangkaian amal menunaikan ibadah haji.

Pada 9 Dzulhijjah, kaum muslim sedang melakukan puncak ibadah haji, yakni wukuf, di padang Arafah.

Bagi yang tidak berhaji, umat muslim disunahkan untuk menjalankan puasa Arafah, sebagai analogi bagaimana beratnya pelaksanaan wukuf di padang Arafah.

Selian itu, bagi umat muslim yang tidak melaksanakan wukuf juga dapat meraih pahala dan manfaat yang besar dengan berpuasa di hari tersebut.

Baca: Kisah Hari Raya Idul Adha, Lengkap dengan Panduan Pelaksanaannya Selama Pandemi Covid-19

Dalam hadis diterangkan, "Tiada hari yang lebih banyak Allah membebaskan hambanya dibanding Hari Arafah." (HR Muslim)

Puasa Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar, yakni dihapuskan segala dosa selama satu tahun yang lalu dan satu tahun mendatang akan dijaga Allah.

"Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia diampuni dosa-dosanya setahun yang di depannya dan setahun setelahnya." (HR. Ibnu Majah; shahih)

Keutamaan tersebut juga tertuang dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah al-Anshar:

"Dan Rasulullah SAW ditanya tentang berpuasa di hari Arafah. Maka, baginda bersabda, 'Ia menebus dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang'.” (HR Imam Muslim)

Tidak hanya itu, melaksanakan Puasa Arafah juga dapat melipatgandakan pahala kita

Berikut ini niat puasa Arafah

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

(Nawaitu shouma ‘arofata sunnatan lillaahi ta’aalaa)

Artinya: "Saya Niat Puasa sunah Arafah karena Allah Ta’ala".

Baca: Ucapan Selamat Hari Raya Idul Adha 2020, Cocok untuk Update Status WhatsApp hingga Facebook

Baca: Resep Daging Hewan Kurban Sapi dan Kambing saat Idul Adha hingga Tips agar Daging Jadi Empuk

Sunah-sunah Idul Adha

Pada bulan Dzulhijjah, selain puasa Arahaf juga masih ada banyak amalan yang bisa dilakukan oleh kaum muslimin.

Diantara amalan-amalan yang ada, melaksanakan ibadah haji serta melakukan penyembelihan hewan kurban pada Idul Adha 10 Dzulhijjah adalah yang tertinggi.

Namun demikian, ibadah haji dan berkurban bukanlah hal yang mudah dilakukan bagi setiap muslim mengingat biaya yang dikeluarkan cukup tinggi.

Selain dua ibadah itu, ada amalan lain yang bisa dilakukan umat muslim untuk menyambut Idul Adha.

Dalam buku Himpunan Putusan Tarjih tentang Tuntunan Idan dan Qurban yang disusun Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dijelaskan, diantaranya berikut ini amalan sunah dalam menyambut Idul Adha.

  • Berhias Memakai Pakaian Bagus saat Salat Idul Adha

Orang yang menghadiri salat Idul Adha baik laki-laki maupun perempuan dituntunkan agar berpenampilan rapi, yaitu berhias, memakai pakaian bagus (tidak harus mahal, yang penting rapi dan bersih), dan wangi-wangian sewajarnya.

Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya dari kakeknya, Nabi saw selalu memakai wool (Burda) bercorak (buatan Yaman) pada setiap ‘Id. (HR. Asy-Syafi’i dalam kitabnya Musnad asy-Syafi’i)

Diriwayatkan dari Zaid bin al-Hasan bin Ali dari ayahnya ia mengatakan, "Kami diperintahkan oleh Rasulullah saw pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) untuk memakai pakaian kami terbaik yang ada, memakai wangiwangian terbaik yang ada, dan menyembelih binatang kurban tergemuk yang ada (sapi untuk tujuh orang dan unta untuk sepuluh orang) dan supaya kami menampakkan keagungan Allah, ketenangan dan kekhidmatan." (HR. Al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak, IV: 256)

Baca: Cara Memilih Hewan Kurban Idul Adha Sesuai Aturan Protokol Kesehatan dari Dinas Peternakan

Baca: Niat dan Tata Cara Penyembelihan Hewan Kurban, Lengkap dengan Syaratnya

  • Tidak Makan sejak Fajar Sampai Selesai Salat Idul Adha

Diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya (yaitu Buraidah bin alHusaib) ia berkata, "Rasulullah saw pada hari Idul Fitri tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Adha tidak makan sehingga selesai salat." (HR. AtTirmizi)

Hikmah dianjurkan makan sebelum berangkat salat Idul Fitri adalah agar tidak disangka hari tersebut masih hari berpuasa.

Sedangkan untuk shalat Idul Adha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu adalah agar daging kurban bisa segera disembelih dan dinikmati setelah shalat Id.

  • Berangkat dan Pulang Melewati Jalan yang Berbeda

Diriwayatkan dari Muhammad bin Ubaidillah bin Abi Rafi’ dari ayahnya dari kakeknya, Nabi saw mendatangi shalat Id berjalan kaki dan beliau pulang melalui jalan lain dari yang dilaluinya ketika pergi. (HR. Ibnu Majah)

  • Menghadiri Salat Id

Menghadiri salat Id merupakan satu sunah tersendiri.

Idul Adha merupakan peristiwa penting dan hari besar Islam yang penuh berkah dan kegembiraan.

Oleh karena itu, pelaksanaan salat ini dihadiri oleh semua orang Muslim, baik tua, muda, dewasa, anak-anak, laki-laki, dan perempuan.

Bahkan perempuan yang sedang haid, juga diperintahkan oleh Nabi saw supaya hadir.

Hanya saja mereka tidak ikut salat dan tidak masuk ke dalam shaf salat, namun ikut mendengarkan pesan-pesan Idul Adha yang disampaikan oleh khatib.

Diriwayatkan dari Ummu ‘Athiyah al-Anshariyah ia berkata, "Rasulullah saw memerintahkan kami untuk menyertakan gadis remaja, wanita yang sedang haid, dan wanita pingitan. Adapun wanita yang sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat salat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya dan dakwah yang disampaikan khatib bersama kaum muslimin." (HR. Ahmad)

(Tribunnews.com/Tio)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini