TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Sepasang Owa Jawa bernama Ukong dan Gomeh kini berada di kawasan Wahana Wisata Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Primata dengan nama latin Hylobates Moloch itu sebelumnya berada di kandang rehabilitasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) di Lido.
Baca: Repatriasi 91 Satwa Endemik Indonesia dari Filipina
Habituasi Ukong dan Gomeh merupakan bagian dari kegiatan konservasi Owa Jawa di wilayah Gunung Puntang hasil kerja sama PT Pertamina EP dengan Yayasan Owa Jawa yang telah dilakukan sejak 2013.
Habituasi adalah proses mengajarkan Owa Jawa beradaptasi sebelum dilepas ke habitat aslinya atau alam liar.
Adapun lokasi kandang habituasi di lereng Gunung Puntang ini ada di tiga tempat yakni, Kandang Cisaat, Kandang Haruman dan Kandang Nangsi.
"Di kandang habituasi, Owa Jawa akan diberikan makan-makanan yang tumbuh di hutan Gunung Puntang. Owa juga akan beradaptasi dengan ketinggian serta suhu udara,” ujar Dokter Hewan Pristiani Nurantika dari Javan Gibbon Centre dalam keterangan tertulisnya, di Bogor, Sabtu (1/8/2020).
Pristiani mengatakan Ukong dan Gomeh akan berada di kandang habituasi Gunung Puntang sekitar empat bulan dimulai sejak lima hari yang lalu Selasa (28/7/2020).
Berdasarkan evaluasi selama itu, kata dia, bertujuan untuk melihat peningkatan perilaku apakah sudah mendekati Owa liar.
“Itu yang menjadi alasan kuat untuk melanjutkan mereka ke tahap berikutnya, yaitu lepas liar," ujar dia.
Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Bogor Dadang Suryana menambahkan bahwa jika habituasi sukses, proses selanjutnya bisa dilanjutkan dengan pelepasliaran.
Upaya pelestarian harus terus dilakukan pengawasan selama satu tahun untuk memastikan Owa Jawa berhasil bertahan hidup dan berkembang di alam setelah dilepasliarankan.
"Ini hal yang penting. Sebenarnya, program reintroduksi Owa Jawa tidak selesai saat habituasi lalu pelepasliaran. Setelah itu, dan ini yang terpenting, adalah memastikan mereka berkembang biak, tidak diburu, hutan tidak dirambah manusia untuk perkebunan dan perumahan,” ungkap Dadang.
Dia menjelaskan, Owa Jawa memiliki peran penting di ekosistem alam.
Mereka akan menyebarkan biji-bijian dari buah yang mereka makan, dan secara tidak langsung menjaga kelestarian hutan.
Owa itu adalah indikator kualitas hutan yang baik.
“Dengan adanya Owa di suatu hutan, kualitas hutan untuk hewan lain juga akan lebih baik,” ujarnya.
Sejak 2013 hingga 2019, Pertamina EP Asset 3 Subang Field dan Yayasan Owa Jawa telah melepasliarkan 24 Owa Jawa.
Ukong dan Gomeh merupakan dua dari enam Owa Jawa yang dihabituasi sepanjang 2020.
Owa Jawa sudah masuk daftar merah IUCN dengan status Vulnerable karena tersisa sekitar 2.000-4.000 ekor,
Owa Jawa merupakan spesies Owa yang paling langka di dunia.
Di samping karena kerap diburu, lanjut dia, jumlah Owa Jawa yang sedikit juga diakibatkan sifat alaminya.
Proses reproduksi Owa Jawa juga lama, sifat teritorial Owa dan sifatnya yang monogami menyebabkan sulitnya konservasi primata setia ini karena populasinya memang sangat sedikit.
Hal inilah membuat populasi Owa Jawa menuju kepunahan. Sehingga apa yang sudah dilalui Ukong dan Gomeh merupakan rangkaian proses sebagai bagian dari upaya pelestarian Owa Jawa.
Kerja sama Pertamina EP Subang Field dengan Yayasan Owa Jawa meliputi program reintroduksi dan monitoring Owa Jawa di kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar Jawa Barat, perlindungan Owa Jawa dan habitatnya, mendukung program konservasi Owa Jawa seperti pemulihan habitat, pemberdayaan masyarakat, ekowisata, komubikasi dan edukasi, penelitian, hingga peningkatan SDM terkait konservasi Owa Jawa.
Adam Maryanto, Pjs Field Manager Subang, mengatakan kegiatan pemindahan Ukong dan Gomeh bersama dengan Yayasan Owa Jawa merupakan bagian dari translokasi sebanyak enam Owa Jawa dari kawasan Cigembong Lido ke kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar, atau tepatnya di Gunung Puntang.
“Kerja sama Pertamina EP Subang Field dan Yayasan Owa Jawa telah terjalin sejak 2013. Kami tentunya sebagai salah satu perusahaan yang ada di Jawa Barat, turut prihatin dengan masalah keanekaragaman hayati di Indonesia, khususnya dalam hal ini juga Owa Jawa,” kata Adam.
Baca: Cerita Turis yang Lengannya Robek Akibat Diserang Singa saat Safari di Afrika
Adam berharap dengan kontribusi dari berbagai pihak, Owa Jawa dapat kembali lestari di habitatnya dan berdampak pada terciptanya keseimbangan pada alam.
“Keseimbangan ini tidak hanya kemudian akan memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan sebuah perusahaan, namun juga kehidupan kita sebagai manusia,” terangnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Menuju Kepunahan, Sepasang Owa Jawa Masuk Habituasi di Lereng Gunung Puntang