Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Suasana di sini sangat mencekam, ambulans mondar mandir, masyarakat panik mencari perlindungan dan takut akan adanya ledakan susulan," ungkap mahasiswa Indonesia di Beirut, Hamzah Assuudy Lubis, saat menggambarkan kondisi pasca ledakan besar di Beirut, Lebanon.
Hamzah saat dihubungi Tribun, Kamis (6/8/2020), menuturkan, saat ledakan dirinya dan sejumlah kawan sesama mahasiswa Indonesia berada di Sekretariat Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon (PPI), hanya berjarak kurang lebih 4 km dari Port of Beirut atau lokasi ledakan.
Baca: Total Kerugian Akibat Ledakan di Beirut Mencapai Rp216 Triliun
Baca: FOTO-FOTO Satelit Sebelum dan Sesudah Terjadi Ledakan di Beirut Lebanon
"Saat ledakan terjadi saya dan teman-teman sedang berada di sekretariat PPI dekat pelabuhan Beirut (4km dari lokasi ledakan)," kata dia.
Ia menggambarkan, setelah ledakan terjadi guncangan seperti gempa bumi selama 10 detik.
Lalu, dirinya dan teman-teman bergegas turun untuk menyelamatkan diri, lantaran takut terkena reruntuhan.
"Kami yang tinggal di salah satu apatemen di daerah Barbir, Beirut setelah merasakan goncangan kami turun lewat tangga agar tidak terkena reruntuhan," tutur Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon ini.
Sesampainya di lantai dasar apartemen, Hamzah menuturkan, suasana warga berlarian mencari perlindungan, mobil ambulans melintas tak henti-henti.
"Satu orang lokal bilang kepada kami agar naik kembali ke appartement agar tidak terkena ledakan susulan," ungkap dia.
Setelah kejadian, kondisi sekretariat PPI mengalami kerusakan ringan seperti beberapa kaca pecah dan dinding retak
Sementara kondisi 65 mahasiswa Indonesia di Lebanon terpantau aman.
"Jumlah mahasiswa saat ini ada 65 orang dan kondisinya aman yang masih menetap dan mengambil kelas musim panas," ujarnya