Lewat sebuah kegiatan jurnalistik mendorong Jakob untuk mendirikan majalah Intisari.
Ojong sendiri sebelumnya juga sudah aktif di dunia jurnalistik, sebagai pimpinan harian Keng Po dan mingguan Star Weekly.
Namun, pada 1958, Keng Po diberangus pemerintah. Nasib yang sama dialami oleh Star Weekly pada 1961.
Keduanya tak disukai pemerintah karena sikap kritisnya. Pada tahun 1963, majalah Intisari resmi berdiri dengan misi mendobrak kekangan politik isolasi yang dilakukan pemerintah.
Baca: Jakob Oetama Wafat, Fahri Hamzah : Pecinta Koran Sejak Kecil Pasti Merasa Kehilangan
4. Sosok yang Berpengaruh
Jakob dikenal sebagai sosok sederhana yang selalu mengutamakan kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme.
Jakob dipandang sebagai pimpinan yang ‘nguwongke’ dan tidak pernah menonjolkan status atau kedudukannya.
"Bapak Jakob Oetama adalah legenda, jurnalis sejati yang tidak hanya meninggalkan nama baik, tetapi juga kebanggaan serta nilai-nilai kehidupan bagi Kompas Gramedia."
"Beliau sekaligus teladan dalam profesi wartawan yang turut mengukir sejarah jurnalistik bangsa Indonesia. Walaupun kini beliau telah tiada, nilai dan idealismenya akan tetap hidup dan abadi selamanya," kata Corporate Communication Director Kompas Gramedia Rusdi Amral.
5. Deretan Prestasi Jakob
- Bintang Mahaputera Utama dari Pemerintah RI (1973)
- Wira Karya Kencana dari Kantor Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, karena dianggap telah Berjasa dalam Gerakan KB Nasional (1994)
- Anugerah Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2003)
- Chief Executive Officer (CEO) Terbaik Tahun 2003 dari Majalah SWA, Synovate Research Reinvented, dan Dunamis (2004)