Iwan mengingatkan bahwa terjadi peningkatan pergerakan penduduk yang masif setelah PSBB dilonggarkan.
Sehingga pembagian zona tidak bermanfaat dengan adanya pergerakan penduduk antar-zona Contoh kasus di Bali, kasus Covid-19 naik cepat setelah Bali menerina wistawan domestik pada 31 Juli. Kasus meningkat saat banyak penduduk luar Bali berdatangan saat hari libur, kemudian diikuti secara lokal.
Iwan menjelaskan bahwa PSBB Hanya bermanfaat jika dipersiapkan penggantinya, berupa 3M alias menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker.
Artinya jika tidak ada PSBB maka satu-satunya cara untuk menekan penyebaran virus adalah dengan protokol kesehatan yang ketat mulai dari menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
"Selain itu, penting melakukan pelacakan kontak dan tes masif virus corona. Satu lagi yang sering kelupaan, tes, lacak, isolasi, kenapa saya bilang kelupaan? ini saya cari indikatornya, sangat sulit kalau kita cari berapa sih rasio tes lacak masing-masing provinsi di Indonesia, sangat sulit datanya karena tidak wajib dilaporkan," lanjut Iwan.
Iwan Ariawan juga menilai kampanye langsung Pilkada 2020 ini berpotensi membuat kasus Covid-19di Indonesia semakin melonjak dan penularan juga diprediksi akan cepat.
Pilkada dengan kampanye langsung berpotensi menambah jumlah kasus secara bermakna yang akan meningkatkan puncak dan memperpanjang epidemi.
Dalam analisis yang disampaikan Iwan, dampak kampanye langsung jika 100 orang berkumpul pada waktu yang sama maka dipastikan ada satu atau beberapa orang terinfeksi Corona. Jika sudah terinfeksi maka mereka akan menularkan ke orang lain, paling tidak yang berkontak erat dengan mereka.
"Jika 100 orang berkumpul pada waktu dan tempat yang sama, kemungkinan adanya paling tidak satu orang yang sudah terinfeksi Covid-19 adalah 99 persen (prevalensi Covid-19 di populasi 5 persen). Kecepatan penularan Covid-19 = 0,2 per kasus terinfeksi per hari. Jadi jika ada 100 orang berkumpul dan ada 10 orang yang sudah terinfeksi (prevalensi=10 persen), tanpa protokol kesehatan yang benar, akan menularkan ke 2 orang baru," sambungnya.
Menurut Iwan, dalam masa kampanye langsung akan sulit memastikan jumlah orang yang berkumpul dan protokol Kesehatan dilakukan dengan baik. Dia juga menyarankan agar pemantauan terkait protokol kesehatan dilakukan secara komprehensif.
Lebih lanjut, Iwan menyebut jika ada sekitar 1 juta lebih titik kumpul dengan massa 100 orang atau lebih. Dia memprediksi ada penambahan kasus Corona sebanyak dua juta lebih, angka ini didapat jika 10 orang dari 100 massa yang berkumpul saat kampanye langsung terpapar Corona dan meginfeksi dua orang lainnya.
"Selama masa kampanye diperkirakan ada 1.042.280 titik kumpul dengan massa 100 orang atau lebih, dari kegiatan kampanye potensial akan ada tambahan 2.084.560 kasus baru. 10 orang yang diperkirakan positif Corona, itu diperkirakan menular paling tidak ke keluarganya yang berkontak erat dengannya. Rata-rata keluarga besar di Indonesia ada 4 orang, dan karena kontak erat, 50 persen akan terinfeksi. Sehingga ada ada tambahan 2.084.560 x 3 orang x 50 persen = 3.126.840. Sehingga total akan ada 5.211.400 orang potensial terinfeksi," jelas Iwan, dengan data-data yang lengkap.
Iwan pun menyarankan bahwa cakupan pelaksanaan perilaku pencegahan 3M dan TLI harus lebih besar. Pelaksanaannya harus konsisten dan benar.
Pemantauan komprehensif oleh lembagat erkait pelaksanaan perilaku 3M, TLI serta epidemiCovid-19 di tingkat kabupaten/kota/propinsi secara berkala dan lakukan tindakan korektif yang diperlukan.