"Dia tinggal di rumah sempit, satu rumah dihuni banyak keluarga. Kadang-kadang temperamen, marah, anak broken home.
Punya waktu sela, dia punya duit ke warnet, main medsos, main game.
Dan di situ dia ketemu seseorang.
Siapa orang yang menunjukan, katanya dia tidak kenal, cuma ngasih lihat sesekali, terus tertarik sendiri," kata dia.
Ken melihat Alpin sebagai korban internet.
Melihat tayangan-tayangan timur tengah tanpa mengetahui akar permasalahan.
Terpengaruh dengan tayangan-tayangan ISIS.
"Perhatian bagi masyarakat umum, jangan tonton tayangan-tayangan yang sebenarnya kita tidak memahami sendiri. Kita bisa terpapar. Walaupun kita tidak berafiliasi dengan kelompok manapun," ujar Ken. (tribun network/denis).