TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VIII DPR Hasani Bin Zuber menyoroti dampak negatif dari pembelajaran agama secara online tanpa didampingi oleh guru yang berkompeten.
Hal tersebut disampaikan Hasani, menyikapi tindakan vandalisme berupa perusakan fasilitas dan mencoreti dinding musala Darussalam, Perum Villa Tangerang Elok, Tangerang, oleh Satrio (18), beberapa waktu lalu.
Berdasarkan keterangan keluarga kepada polisi, Satrio yang tengah belajar ilmu psikologi di sebuah universitas merupakan anak yang introvert dan sering mengalami bullying.
Baca: Kecam Aksi Vandalisme di Tangerang, Wamenag Minta Polisi Dalami Motif Pelaku
Namun dalam beberapa bulan terakhir sikapnya berubah menjadi reaktif dan emosional setelah kerap terlihat menonton video pengajian di Youtube.
"Hati-hati belajar agama secara daring. Belajar agama wajib dibimbing seorang guru agar ketika ada pemahaman yang keliru, gurulah yang akan mengarahkannya," kata Hasani kepada wartawan, Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Hasani yang juga Ketua PC GP Ansor Bangkalan menilai, tindakan Satrio tersebut menjadi satu bukti betapa bahayanya belajar ilmu agama lewat media sosial dan aplikasi online, tanpa didampingi guru.
Di sisi lain, Hasani berharap tindakan Satrio tidak dimanfaatkan pihak tertentu yang kemudian dikaitkan dengan isu-isu kebangkitan PKI.
"Saya mengapresiasi polisi yang cepat mengungkap kasus ini dan menjerat pelaku dengan pasal penodaan agama. Sehingga isunya tidak liar kemana-mana," ujar politikus Demokrat itu.
Diketahui, polisi menangkap Satrio setelah beberapa jam mencoret-coret dinding tembok dan lantai musala dengan cat hitam.
Tulisannya, “saya kafir, anti Islam, anti khilafah, tidak ridho".