Menurutnya, ini terjadi karena masyarakat abai terhadap pelaksanaan protokol kesehatan dan tidak peduli pada keselamatan tenaga kesehatan.
Baca: Kata Jokowi setelah 7 Bulan Corona di Indonesia: Sentil Lockdown Provinsi hingga Jangan Bikin Gaduh
"Kehilangan para tenaga kesehatan merupakan kerugian besar bagi sebuah bangsa, terutama dalam mempertahankan dan pengembangan aspek kesehatan," ujar dr Ari.
Ia mengatakan, saat ini angka kematian dokter di Indonesia akibat infeksi Covid-19 menjadi yang tertinggi di Asia.
Padahal, jumlah tenaga kesehatan terutama dokter di Indonesia sebelum pandemi Covid-19 merupakan salah satu yang terendah di Asia dan dunia.
"Jumlah dokter yang ada, rata-rata 1 orang dokter diestimasikan melayani 3 ribu masyarakat. Dengan banyaknya korban dari pihak tenaga kesehatan, ke depannya layanan kesehatan pada pasien baik Covid maupun non Covid akan terganggu karena kurangnya tenaga medis," jelasnya.
Hal serupa pernah disampaikan oleh Ketua Satgas Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo.
Ia juga mengatakan, masyarakat harus sadar mereka lah garda terdepan penanggulangan corona, nakes adalah benteng terakhir.
Dr Ari menuturkan, tim mitigasi PB IDI berharap masyarakat tidak lagi menganggap remeh pandemi Covid-19.
Jika semakin masyarakat abai terhadap protokol kesehatan, Indonesia akan sulit melewati masa pandemi.
Dan bukan hanya kerugian secara ekonomi, namun juga korban jiwa baik tenaga kesehatan, keluarga, maupun diri sendiri.
Baca: Indonesia Negara ke-22 Kasus Positif Corona Tertinggi di Dunia, Kurang dari Sebulan Tambah 100 Ribu
"Menganggap remeh Covid-19 menjadi bukti masyarakat tidak peduli dengan keselamatan tenaga kesehatan," tutur dia.
Ia pun berharap masyarakat menaati disiplin 3M: menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker.
"Pemerintah dan banyak pihak sudah gencar mengkampanyekan pentingnya protokol kesehatan, tapi jumlah kematian tenaga kesehatan terutama dokter semakin bertambah pesat. Maka perlu adanya peran masyarakat bersama-sama menjadi garda terdepan untuk menaati protokol kesehatan,' ujar dr. Ari.(tribun network/rin/dod)