Saat itu telur asin mulai dikomersialkan dari satu warga peranakan Tionghoa dijual ke warga lain hingga saat ini.
Menurutnya, ada tiga aspek masa itu yang mempengaruhi adanya telur asin. Yakni filosofi gotong royong, teknologi pangan, dan pengetahuan tradisional masyarakat Tionghoa.
Baca juga: POPULER: Heboh Penemuan Telur Asin Diduga Palsu, Warnanya Cokelat-Hitam, Rasanya Getir
Peranakan Tionghoa selalu mengawetkan bahan makanan bila akan bepergian jauh sebagai bekal.
Bukan hanya telur, jenis makanan lain juga diasinkan agar awet.
"Telur asin ini merupakan simbol dari resistensi ekonomi luar biasa. Dipakai untuk bertahan hidup. Setelah itu, baru diperkenalkan ke keluarga, perluasan jaringan, perkembangan itu menjadikan telur asin komersial. Sejarah ini hampir persis wingko babat," terangnya.
Beberapa makanan lain yang merupakan tinggalan pengetahuan tradisional etnis Tionghoa yakni tauco di Tegal dan Brebes.(mam)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Telur Asin Brebes Ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda, Ada Kisah Pilu Etnis Tionghoa di Dalamnya