Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Tim Pemodelan Covid-19 FKMUI, dr Iwan Ariawan menyatakan pemerintah daerah harus melakukan dua rasional skenario saat mencabut aturan pembatasan sosial skala besar (PSBB).
Hal itu berguna untuk menekan jumlah penularan Covid-19 secara efektif.
Pertama, saat penduduk diizinkan beraktivitas secara bertahap, maka penduduk harus berperilaku untuk mengurangi risiko penularan, yaitu dengan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan sering mencuci tangan).
"Di masyarakat ini yang sudah digembar-gemborkan oleh pemerintah yaitu protokol kesehatan. Ini adalah bukti dari publikasi ilmiah yang ada tentang protokol kesehatan," ujar dalam webinar Bappenas RI, Jumat (23/10/2020).
Perilaku cuci tangan pakai sabun itu kalau dari beberapa penelitian tentang covid 19 bisa menurunkan risiko atau resiko tertularnya itu kurang lebih 35 persen.
Kemudian, menggunakan masker kain bisa menurunkan resiko kurang lebih 45%.
Baca juga: Terjaring Razia Masker, Pelajar 16 Tahun di Tegal Sebut Corona Itu Konspirasi Asing
Jika menggunakan masker bedah bisa menurunkan resiko sebesar 80%.
Serta jaga jarak minimal satu meter atau orang di rumah saja bisa menurunkan resiko sebesar 85%.
"Jadi dari tiga perilaku (3M) itu sebetulnya banyak dampaknya untuk menurunkan risiko terkena Covid-19. Perilaku ini dilakukan bersama-sama tentu efeknya lebih banyak lagi," terang dia.
Menurut dr.Iwan dari hasil riset yang dilakukan pihaknya, pencabutan kebijakan pembatasan sosial juga harus diikuti dengan cakupan Testing-Lacak-Isolasi (TLI atau 3T (test-tracing-treat).
"Tes, lacak, isolasi (3T) dilakukan dengan baik itu bisa menurunkan resiko untuk terinfeksi Covid-19 atau kecepatan epidemik sampai separuhnya," jelas dr.Iwan.
Ia mengatakan, penurunan kasus dapat maksimal, jika tes-lacak-isolasi dilakukan secara teratur dan terarah.
Baca juga: Sebaran Virus Corona Indonesia Jumat (23/10/2020): DKI Jakarta Catat 952 Kasus Baru, 1.093 Sembuh
"Jadi kalau kalau tes banyak dilakukan tapi acak dampaknya eggak banyak terhadap epidemi. Tes harus dilakukan banyak tapi tesnya itu diarahkan untuk kontak racing itu dampaknya banyak pada epidemi Covid-19," jelas dia.
Selain itu, akademisi ini mengingatkan agar pelacakan harus dilakukan segera jika sudah diketahui ada seseorang yang terpapar covid-19.
"Satu lagi sebetulnya penting adalah jeda antara pelacakan. Beberapa publikasi ilmiah ada kalau jeda pelacakannya 3 hari atau lebih, dampaknya terhadap juga kurang ada artinya, intervensi yang bisa dilakukan segera," kata dia.