"Praktik Islamophobia yang bertentangan dengan nilai toleransi dan kebersamaan itu, sejatinya tidak boleh dilakukan oleh siapa pun, termasuk seorang Presiden," kata dia.
Ismed mengimbau juga agar umat Islam Indonesia tak terlalu berlebihan dalam menanggapi pernyataan Macron. Menurutnya lebih bagus jika melakukan aksi yang terasa akibatnya dengan diam-diam.
"Reaksi umat Islam Indonesia jangan berlebihan dan juga tidak boleh anarkis. Cukup aksi diam tapi terasa akibatnya, dengan memboikot produknya," tandasnya.
Gelombang Boikot Negara-negara Arab terhadap Produk-produk Perancis Dimulai
Seruan memboikot produk-produk asal Prancis tumbuh di sejumlah negara mayoritas Muslim.
Ini terjadi setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyatakan bahwa menggambarkan Nabi Muhammad sebagai kartun bukan hal yang salah.
Dilansir CNN, Macron menyatakan demikian pekan lalu sebagai penghormatan kepada guru sekolah menengah yang dibunuh.
Guru bernama Samuel Paty itu dipenggal kepalanya awal Oktober ini dalam serangan teror di wilayah pinggiran Paris.
Paty dihabisi setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas dan menganggapnya sebagai kebebasan berekspresi.
Presiden Macron mengatakan Prancis tidak akan 'menyerah' dengan kasus kartun Nabi Muhammad dan mengaku akan menindak Islamisme ekstrim di negaranya.
Hal ini memicu demonstrasi dan boikot produk Prancis di sejumlah negara mayoritas Muslim.
Baca juga: BKSAP DPR Desak Pemerintah Kecam Sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron
Baca juga: MUI Kecam Macron , Seruan Boikot Produk Prancis di Negara-negara Arab
"Saya menyerukan kepada orang-orang, jangan mendekati barang-barang Prancis, jangan membelinya," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin (26/10/2020) saat berpidato di Ankara.
"Para pemimpin Eropa harus mengatakan 'berhenti' untuk Macron dan kampanye kebenciannya," tambahnya.
Di Kuwait, jaringan supermarket swasta mengatakan bahwa lebih dari 50 gerainya berencana memboikot produk Pracis.