Meski begitu, ia tidak secara resmi lulus dari sekolah tersebut.
Pendidikan Sutomo banyak dipengaruhi pendidikan informal di Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI).
Lewat filsafat kepanduan inilah ia menempa kesadaran nasionalisnya.
Di kepanduan, Sutomo adalah siswa yang cukup berprestasi.
Pada usia 17 tahun, ia jadi tersohor ketika didapuk menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda.
Kepiawaiannya dalam berbahasa dan kecerlangan gagasannya menuntunnya untuk memilih jalur jurnalistik sebagai bidang pekerjaannya.
Sejak usia 18 sampai 25, ia terlibat di berbagai media, seperti Ekspres dan kantor berita Antara.
Orasi Pertempuran Surabaya
Kini Bung Tomo dikenal karena perannya dalam Pertempuran Surabaya pada Oktober dan November 1945.
Waktu itu, pada masa-masa setelah proklamasi kemerdekaan, suasana di Surabaya mencekam.
Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, tentara Inggris yang tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) datang ke Surabaya bersama dengan tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA).
Misi tentara Sekutu ini adalah melucuti tentara Jepang dan memulangkan mereka ke negaranya.
Namun, diam-diam mereka juga punya niat mengembalikan Indonesia sebagai jajahan pemerintah Belanda.
Sesuatu yang membuat berang rakyat Indonesia di Surabaya.