Agus berjuang mengadang setiap gerakan yang akan berupaya mengalihfungsikan mangrove.
Tentu saja melalui aksi nyatanya dengan menanam dan membersihkan kawasan mangrove, serta sesekali bersosilisasi mengenai manfaat terbesar mangrove Graha Indah.
Waktu itu, Agus tidak banyak berharap kepada bantuan pemerintah.
Upaya mengatasi lahan kritis mangrove, Agus melakukan secara mandiri. Jerih payahnya terkuras maksimal.
Baca juga: Berkenalan dengan Komunitas Sahabat Alam Sumut Peraih Penghargaan Local Heroes Tribun Network
Tenaga dan waktu dia gunakan untuk normalisasi lahan mangrove.
"Saya cari bibit-bibit di sekitaran. Mencari yang masih bagus. Ketemu pohon mangrove yang tumbuh kembang bagus saya ambil bibitnya. Saya tanam lagi ke tampat yang lain, yang di lahan rusak," katanya.
Pembiayaan yang dicurahkan Agus untuk mengelola mangrove Graha Indah semua berasal dari kantong pribadinya.
"Saya punya usaha advertising. Punya uang kelebihan dari kerja saya dari advertising saya gunakan untuk kembangkan mangrove," tuturnya.
Pertama kali memulai merapikan mangrove dia lakukan secara sendiri, setiap hari tanpa kata libur.
Dikira Gila
Agus bahkan sempat dikira sakit jawa oleh warga karena sibuk mengurus mangrove.
"Dibilang saya kurang kerjaan. Dibilang perusahaan saya sudah bangkrut, stres."
"Saya masuk ke air, kena becek lumpur, menanam mangrove, saya dibilang sudah gila," ungkap ayah dua anak ini.
Namun hal tersebut tak dihiraukan oleh Agus.