Hanya guru yang masih rutin datang ke sekolah di hari kerja, tanpa riuh rendah tawa ceria murid-murid SDN IV Darmacaang, Ciamis.
KBM dilakukan secara online guna menghindari terjadinya penularan Covid-19.
Guru dan murid berkomunikasi lewat handphone (hape).
Otomatis, KBM dilakukan dengan online.
Pak Dodo menerangkan, jumlah murid kelas IV ada 15 orang, dimasukkan ke dalam satu kelompok belajar online.
Tapi, Pak Dodo menuturkan, yang menjadi masalah dua dari 15 murid kelas IV tersebut tidak memiliki hape, apalagi hape android untuk belajar online.
"Sebenarnya, ada dua orang murid yang tak punya hape," ungkap Pak Dodo, dilansir Tribunnews dari TribunJabar.
"Yang satu bisa pinjam ke saudara, jadi masih bisa belajar kelompok secara online. Kalau Candra (10) memang paling parah," ucap Pak Dodo.
Pak Dodo pun menjelaskan situasi Candra yang tak bisa mengakses KBM secara online.
"Candra tidak punya hape, tinggal jauh dari tetangga," tutur Pak Dodo.
Baca juga: Mengenal Patih Serunai dari Jambi, Mendapat Penghargaan Local Heroes dari Tribun Network
Tantangan dalam Mengajar karena Sistem Online
Menurut Pak Dodo, dari kondisi kehidupan kedua orang tua Candra, kecil kemungkinan muridnya dapat memiliki hape untuk mengikuti KBM secara online.
Orang tua Candra, Ewon Ruswan (46) dan Yani (37) sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan.
Candra dan orangtuanya tinggal di rumah panggung bilik di Blok Pasir Karet, Dusun Subang RT 13/01 Desa Darmacaang.