TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Virus covid 19 semakin merajalela berbarengan dengan momen liburan Natal dan pergantian tahun.
Imbasnya kapasitas di rumah sakit nyaris penuh atau melewati ambang batas yang ditetapkan WHO yakni 60 persen keterisian.
Plt Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof Abdul Kadir mengatakan ada sembilan daerah yang tingkat keterisian pasien covid 19 di atas rata-rata. Provinsi Banten menempati posisi tertinggi tingkat keterisian pasien covid 19 yakni 85 persen.
Baca juga: 14 Orang Pelaku Penjemputan Paksa Jenazah Pasien Covid-19 di RSUD Brebes Ditangkap Polisi
Menurut Kadir, sembilan wilayah tersebut termasuk kategori zona merah kapasitas tempat tidur pasien covid 19.
Jika tidak segera diatasi, kata dia, sejumlah rumah sakit akan kewalahan, dan pasien covid 19 pun tidak bisa dilayani hingga kapasitas tenaga kesehatan yang terbatas.
"Kapasitas tempat tidurnya ada di zona merah akan menyebabkan RS kewalahan, kapasitas di atas 70 persen akan berdampak pada RS akan penuh, kemungkinan pasien tidak bisa dirawat di RS dan nakes kita juga akan capek dan pelayanan tidak maksimal," ujar Kadir saat konferensi pers, kemarin, Senin(28/12/2020).
Baca juga: Kapasitas Rumah Sakit Mulai Penuh, Wali Kota Tangsel Wacanakan Indekos Tempat Isolasi Pasien Corona
Karena itu kata Kadir, pihaknya menerbitkan surat edaran untuk seluruh rumah sakit terkait penambahan kapasitas tempat tidur khusus COVID-19 hingga 30 sampai 40 persen dari yang sudah tersedia.
Peningkatan kapasitas tempat tidur rencananya terpenuhi minggu pertama hingga minggu kedua Januari 2021.
Prof Kadir juga menyebutkan keterisian tempat tidur tidak merata di sejumlah daerah.
Hal ini disebabkan beberapa orang memilih dirawat di rumah sakit tertentu sehingga ada yang akhirnya kapasitas tempat tidurnya penuh.
Berikut tingkat keterisian tempat tidur pasien covid 19 di sembilan daerah yang termasuk zona merah:
1. Banten: 85 persen
2. DKI Jakarta: 84 persen
3. Jawa Barat: 83 persen
4. DI Yogyakarta: 82 persen
5. Kalimantan Tengah: 79 persen
6. Jawa Timur: 77 persen
7. Jawa Tengah: 76 persen
8. Sulawesi Selatan: 69 persen
Menanggapi kondisi itu, Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta berencana akan menambah kapasitas tempat tidur isolasi dan ICU untuk pasien Covid-19.
Selain itu, akan dilakukan pula penambahan rumah sakit rujukan Covid-19.
"Mungkin nanti akan ada Rumah Sakit yang sebelumnya belum jadi rujukan Covid-19 berproses menjadi RS rujukan Covid-19," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia.
Menurut Dwi, perubahan RS non Covid-19 menjadi RS Covid-19 membutuhkan persiapan matang, salah satunya, RS tersebut harus memisahkan pasien Covid-19 dengan non Covid-19.
Saat ini, total ada 98 RS rujukan Covid-19 di Jakarta. Sebanyak 90 RS rujukan ditetapkan lewat Keputusan Gubernur. Sementara 8 lainnya ditetapkan lewat Keputusan Menteri Kesehatan.
Rujukan Dihentikan
Terpisah, mulai besok rujukan pasien Covid-19 ke Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur dihentikan sementara.
Kepala UP Anjungan dan Graha Wisata, Yayang Kustiawan mengatakan dari 33 kamar yang tersedia, saat ini sudah terisi semua atau penuh.
"Data update sampai siang ini ada 58 pasien yang menjalani isolasi mandiri. Sementara untuk kamar sudah terisi penuh. Baik di lantai 2 maupun 3 sudah full. Jadi mulai besok dihentikan dulu untuk rujukan pasien ke Graha Wisata TMII," katanya.
Yayang menambahkan, untuk pasien yang menjalani isolasi mandiri tersebar dalam klaster keluarga maupun mandiri.
"Untuk jumlahnya imbang ya. Baik yang klaster keluarga maupun mandiri. Oleh sebab itu hingga kamar di lantai 3 sudah full. Nanti kalau sudah tersedia baru menerima rujukan kembali," ujarnya.
Nantinya, pengiriman pasien covid-19 akan dialihkan ke tempat isolasi milik pemerintah lainnya sesuai dengan koordinasi dari Dinas Kesehatan.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono telah memprediksi bahwa kasus Covid-19 di Jakarta dan daerah lainnya akan terus meningkat hingga awal tahun depan.
Pasalnya, terdapat peningkatan aktivitas masyarakat, mulai dari kerumunan simpatisan Front Pembela Islam (FPI) hingga penyelenggaraan Pilkada serentak.
Tercatat pula peningkatan arus mudik pada periode libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 di sejumlah titik seperti bandara dan stasiun kereta api jarak jauh.
"Secara historis, Jakarta selalu mencatatkan lonjakan kasus Covid-19 pasca libur panjang, hingga menyebabkan rumah sakit dan pemakaman penuh dengan korban virus SARS-CoV-2 tersebut," ujar Pandu.
Epidemiolog Indonesia dari Universitas Griffith di Australia, Dicky Budiman memprediksi akan terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Hal itu, kata dia, terlihat dari berbagai indikator terkait Covid-19 di Indonesia yang kian mengalami kenaikan.
"Jadi artinya ini ada sinyal serius seperti indikator angka kematian, angka hunian rumah sakit, kasus harian. Tes positivity rate ini semua meningkat. Memasuki di tahun 2021 awal ini, akan memasuki masa yang sangat sangat harus kita waspadai. Dan ada potensi ledakan kasus," ujar Dicky.
Kendati demikian, Dicky tidak menyebut spesifik penyebab potensi ledakan kasus tersebut. Ia hanya mengatakan, kondisi Indonesia saat ini sudah dalam kondisi kritis.
Ia mengatakan bahwa Jawa harus bersiap untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara total.
Pasalnya dari 700.000 kasus Covid-19 kumulatif yang dilaporkan di dalam negeri, sebanyak 57,9 persen disumbang oleh Pulau Jawa.
Apabila tren pertambahan kasus harian secara nasional mencapai angka 6.000 - 7.000 kasus belakangan ini, maka kontribusi pertambahan kasus di empat provinsi terbesar di Pulau Jawa mencapai lebih dari 4.000 kasus per hari atau setara dengan > 60 persen dari total kasus harian.
Oleh karena itu, Dicky menyarankan pemerintah untuk memasifkan program tracing, testing, and treatment (3T) dan masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan. Protokol kesehatan yang dimaksud adalah memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak (3M).
"Masyarakat 3M selain membatasi pergerakan mobilitas, interaksi," ujarnya.(Tribun Network/far/kps/wly)