TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terpidana kasus terorisme Abubakar Ba'asyir resmi mengirup udara bebas. Ba'asyir keluar dari Lapas Gunung Sindur, Bogor Jawa Barat, Jumat (8/1/2021) sekitar pukul 05.20 WIB.
Ia dikawal ketat oleh petugas kepolisian dan detasemen khusus antiteror 88 Mabes Polri.
Berpakaian serba putih ia tampak didampingi keluarga dan pengacara saat ke luar dari depan pintu gerbang lapas.
Ba'asyir dinyatakan bebas murni karena telah menyelesaikan masa pidana selama 15 tahun.
Diketahui, Ba'asyir divonis 15 tahun hukuman penjara oleh majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) pada 2011.
Putusan itu tak berubah hingga tingkat kasasi.
Ba'asyir, yang merupakan pimpinan dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, itu terbukti secara sah dan meyakinkan menggerakkan orang lain dalam penggunaan dana untuk melakukan tindak pidana terorisme.
Putra Abubakar Ba'asyir, Abdul Rahim Ba'asyir, menceritakan kesan pertama ayahnya saat keluar dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Khusus Kelas llA Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Iim sapaan akrab Rahim mengatakan bahwa saat penjemputan, pihaknya lebih dahulu melakukan pemeriksaan kesehatan dan selanjutnya serah terima surat prosedur syarat pembebasan.
Setelah pemeriksaan kesehatan, Ba'asyir didampingi pihak keluarga dan tim Mercy mengantar keluar dari pintu gerbang Lapas.
Dalam kesempatan itu, kata Iim, pihak keluarga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada para sipir yang selama ini telah merawat ayahnya.
Iim menyebut bahwa jumlah keluarga yang berada di dalam mobil Hyundai itu terdiri dari pengacara dan dua putra Abu Bakar Ba'asyir.
Kesan pertama saat menghirup udara bebas, menurut Iim, Ba'asyir mengaku gembira dan untuk kali pertama memberi pelukan hangat kepada keluarga.
"Kalau sampai sujud syukur enggak. Cuma memang beliau gembira, senang saja, kemudian memberi pelukan sama saya, biasa gitu saja. Selanjutnya menyampaikan ucapan terima kasih kepada petugas yang selama ini baik ke beliau, banyak membantu dalam hal-hal kebutuhan sehari-hari," ujar Iim.
Baca juga: Abu Bakar Baasyir Minta Maaf
Disambut Takbir
Warga Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki menyambut kepulangan Abubakar Baasyir Mereka tampak semangat menyambut kepulangan Abubakar Ba'asyir.
Pekikan takbir beberapa kali terdengar setibanya rombongan Abubakar Ba'asyir tiba di Pondok Pesantren Al - Mukmin, Ngruki, Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Dari pantauan Tribun, Abubakar Ba'asyir terlihat menggunakan kursi roda.
Sambil berbusana putih-putih, ia disambut warga Pondok Pesantren Al - Mukmin.
Ba'asyir tiba di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah pukul 13.40 WIB.
Pantauan di lapangan, Abubakar Ba'asyir datang dengan mobil dan langsung masuk dalam pondok pesantren.
Ada mobil hitam yang masuk pertama kemudian diikuti mobil putih. Ia melambaikan tangan kepada warga yang sudah menunggunya di Ponpes Ngruki.
Menurut pengacara Ba'asyir, Achmad Michdan, saat tiba di Pondok Pesantren Ngruki, Ba'asyir menjalani pemeriksaan kesehatan kedua.
"Sebelum bebas, tadi dites kesehatannya. Semua baik, tensi dan detak jantungnya baik, dan seluruhnya sehat," ucapnya.
Selama perjalanan dengan menggunakan mobil dari Bogor ke Sukoharjo, Ba'asyir tidak ada keluhan. Michdan mengatakan, kepulangan Ba'asyir ini dikawal oleh BNPT, Densus 88, dan petugas Lapas.
"Pengamanan perjalanan kita serahkan kepada densus. Dan itu dilakukan secara estafet, karena melewati beberapa wilayah dari Jabar ke Jateng," kata dia.
"Kami ucapkan terima kasih kepada densus, dalam kondisi pandemi memang butuh pengamanan," tambah Michdan.
Panitia Penjemputan Abubakar Ba'asyir, Endro Sudarsono menambahkan, pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia telah jalani tes Covid-19 sebelum pulang.
"Sudah dilakukan pemeriksaan rapid test antigen, dan hasilnya negatif," ujarnya.
Baca juga: Perjalanan Lengkap Kasus Abu Bakar Baasyir Mulai Dari Penangkapan, PK Ditolak, Hingga Bebas Murni
Dimaafkan
Terpisah, Theolina Marpaung, Sekretaris Paguyuban Korban Bom Bali, mengaku risau dengan pembebasan Abubakar Ba'asyir.
"Sebagai masyarakat saya sedikit was-was dengan keluarnya beliau karena apa yang dia lakukan sebelumnya. Rasa was-was itu juga tidak bisa saya pendam terus. Saya bawa juga dalam doa, semoga beliau menjadi lebih baik lagi," kata Theolina.
Secara pribadi, Theolina menegaskan dirinya akan berupaya memaafkan Ba'asyir, walau mengalami sakit akibat insiden Bom Bali.
"Saya sendiri sudah berjanji dalam iman saya sejak 2002. Waktu itu kedua mata saya sakit sekali, begitu juga wajah saya. Saya sudah memakai pain killer, tetapi tidak sembuh-sembuh. Saya kemudian berdoa kepada Tuhan agar supaya sakitnya diambil. Saya bernadzar kalau Tuhan mencabut rasa sakit ini, saya akan lakukan apapun yang Tuhan perintahkan."
"Jadi, walaupun bagi orang lain sulit memaafkan, saya akan berusaha (memaafkan) karena saya sudah berjanji," paparnya.
Theolina berharap agar Ba'asyir dan semua pelaku Bom Bali yang sudah keluar dari penjara agar tetap diawasi.
Hal senada diutarakan Garil Arnandha, yang ayahnya meninggal dunia akibat ledakan Bom Bali pada 2002.
"Saya berharap pemerintah harus benar-benar mengawasi dengan penuh segala kegiatan beliau agar menjaga keamanan negara," ujarnya.
Dia sejatinya tidak setuju Ba'asyir dibebaskan karena menurutnya, yang bersangkutan "masih sangat berbahaya dan berpotensi akan menghidupkan terorisme di Indonesia".
"Bahkan semenjak dipenjara pun dia menolak mengikuti progam deradikalisasi dari pemerintah. Dan pada tahun 2019 ketika akan dibebaskan dengan program pembebasan bersyarat dia menolak karena enggan mendatangani dokumen setia Pancasila dan NKRI," jelasnya.
Walau Ba'asyir disebut-sebut tak lagi memiliki pendukung sebanyak dulu, Garil mewanti-wanti para pendukungnya.
"Adalah manusia yang jika dipengaruhi hal-hal negatif bisa berbuat apa saja," ujarnya.
Endang Isnanik, ibu Garil Arnandha, mengatakan bahwa dirinya "sudah memaafkan".
"Dia sudah menjalani hukuman atas perbuatannya. Saya berharap mereka benar-benar kembali ke jalan yang benar. Kekhawatiran tetap ada, tapi positive thinking saja," katanya.
Baca juga: Tak Ada Penyambutan Khusus di Ponpes Al Mukmin Ngruki Sukoharjo di Hari Pembebasan Abu Bakar Baasyir
Direktur Penegakan Hukum BNPT atau Jubir BNPT Brigjen Pol Eddy Hartono mengatakan pihaknya akan melakukan program deradikalisasi terhadap Baasyir.
Eddy mengatakan hal tersebut sesuai dengan amanat Undang-Undang nomor 5 tahun 2018 dan Peraturan Pemerintah nomor 77 tahun 2019.
Program deradikalisasi tersebut, kata Eddy, dilaksanakan kepada tersangka, terdakwa, terpidana, narapidana, mantan narapidana, dan orang atau kelompok yang sudah terpapar paham radikal terorisme.
"Tentunya ketika BNPT melakukan program deradikalisasi ini, tentunya kami berkomunikasi dengan keluarga dan juga kepada Abu Bakar Baasyir, dan bersama-sama dengan stakeholder terkait, seperti Lembaga Pemasyarakatan, kemudian pihak Polri, dan Departemen Agama," kata Eddy.
Program deradikalisasi tersebut, kata Eddy, di antaranya dengan memberikan wawasan kebangsaan, wawasan keagamaan, dan bahkan kewirausahaan.
"Kami berharap Abu Bakar Baasyir dapat memberikan setelah bebas ini, memberikan dakwah yang damai, yang menyejukan," kata Eddy.(Tribun Network/gta/rya/bbc/kps/wly)