Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam melakukan proses investigasi untuk mengetahui penyebab jatuhnya suatu pesawat, tentunya memerlukan banyak dokumen pendukung.
Mulai dari data penerbang hingga komunikasi antara Air Traffic Control (ATC) Tower dengan pesawat tersebut.
Mantan Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi mengatakan yang bisa diambil untuk menjadi data pendukung investigasi, yang pertama adalah data penerbang atau pilot.
"Data kesehatan penerbang, data latihan penerbang itu kan bisa diambil, ada datanya dari manajemen," ujar Tatang, dalam tayangan Kompas TV, Senin (11/1/2021).
Baca juga: Kata Mantan Investigator KNKT soal Seringnya Terjadi Kecelakaan Pesawat di Awal Tahun
Selain itu, data komunikasi antara ATC Tower dengan pilot.
"Nah yang penting lagi, data komunikasi (ATC) Tower dengan pilot, itu kan di Airnav," jelas Tatang.
Menurutnya, data itu tidak boleh menjadi konsumsi publik karena merupakan bagian dari investigasi bagi KNKT.
"Itu harusnya sesuatu yang tidak boleh diekspos ke publik. Karena hanya dikeluarkan AirNav untuk KNKT dalam rangka penyelidikan," kata Tatang.
Menurutnya, hasil pembicaraan antara tower dan pesawat hanya boleh diberikan khusus kepada KNKT dan pihak investigator kasus tersebut.
"Hasil pembicaraan dari tower dengan pesawat, kemudian dibuat simulasinya ya, itu salah satu aturan yang tidak boleh ditampilkan ke publik, hanya khusus untuk KNKT dan investigatornya," tegas Tatang.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 dengan rute Jakarta (CGK) - Pontianak (PNK) telah kehilangan kontak pada Sabtu (9/1/2021), pukul 14.40 WIB.
Pesawat Boeing 737-500 ini jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Dalam pesawat naas ini, terdapat 6 kru aktif serta 6 kru tambahan, 40 penumpang dewasa, 7 anak-anak dan 3 bayi.