TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando menyoroti angka buta huruf masyarakat desa karena kurangnya kegemaran membaca sehingga sulit mencapai kualitas literasi yang baik.
Dalam melakukan identifikasi angka buta aksara sampai di tingkatan desa juga bukan hal mudah.
Hal ini disampaikan Syarif saat penyerahan hasil data desa presisi desa Pantai Bakti, Muaragembong, Bekasi dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University kepada Menteri Sosial Republik Indonesia, Tri Rismaharini.
"Jika literasi rendah, sulit bagi masyarakat desa untuk berdaya. Data desa presisi dari LPPM IPB dapat menanggulangi angka buta huruf dan meningkatkan minat baca masyarakat lewat identifikasi yang cukup akurat," ujar Syarif di Muaragembong, Bekasi, Jumat (22/1/2021).
Baca juga: Aparat Kejaksaan Tangkap Terpidana Kasus Korupsi Kemenkes di Bekasi
Baca juga: Jamin Kerugian Gagal Panen, Petani Bekasi Diimbau Ikut AUTP
Baca juga: Perpusnas dan Politeknik STIA LAN Kerjasama Kembangkan Sumber Daya Perpustakaan
Selain itu menurutnya bantuan seperti perpustakaan keliling dan perpustakaan digital dapat tepat guna dan tepat sasaran bagi warga desa.
"Saya optimis data desa presisi dapat memberikan sumbangsih signifikan terhadap pembangunan masyarakat di desa-desa," ujar Syarif.
Ia menekankan semangat memberantas buta huruf lewat teknologi data desa presisi ditujukan agar masyarakat desa seperti di Pantaibakti memiliki semangat tinggi untuk mencerdaskan diri lewat pendidikan.
"Semangat memberantas buta aksara dan peningkatan literasj sangat penting. Utamanya identifikasi yang akurat lewat data desa presisi agar kualitas SDM di pedesaan mengalami peningkatan. Pada akhirnya mereka dapat berdaya dan berdikari," Ujar Syarif.