Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi minta pemerintah memperbaiki cara komunikasi publik terkait vaksinasi Covid-19.
Pemerintah, kata dia, diharapkan tak mengulangi kesalahan yang sama saat menyampaikan informasi seputar virus corona seperti di awal pandemi.
"Sampai sekarang masih banyak yang enggak percaya vaksin, yang belum percaya terhadap Covid-19 saja masih tinggi ini pekerjaan rumah. Mengapa itu terjadi karena komunikasi publik," ujar Tulus dalam kegiatan virtual, Rabu (27/1/2021).
Baca juga: Pertama Kali di Jepang Warga Kawasaki Latihan Vaksinasi 15 Menit Per Orang
Misalnya Tulus melanjutkan, informasi terkait efikasi vaksin yang berbeda-beda di setiap negara perlu disampaikan ke masyarakat.
Jika tidak, maka tingkat ketidakpercayaan terhadap vaksinasi tetap tinggi, terlebih kini hoax seputar kesehatan sangat banyak.
"Masyarakat belum paham itu modelnya antar-merk juga berbeda-beda efikasinya, ada yang 65,3 persen atau yang sampai 90 persen. Itu harus dijelaskan plus minusnya" ungkapnya.
Baca juga: Menkes Berharap Rampungnya Vaksinasi Dosis ke Dua pada Presiden dapat Motivasi Nakes
Baca juga: Menkes Berharap Rampungnya Vaksinasi Dosis ke Dua pada Presiden dapat Motivasi Nakes
Menurut Tulus, perlu ada figur lain selain Presiden Jokowi yang ditampilkan dam dikampanyekan untum menyakinkan masyarakat bahwa vaksin Covid-19 itu aman dan halal.
Ia menambahkan, isu terkait etnis dan kehalalan vaksin juga turut menjadi alasan masyarakat enggan divaksinasi.
Sehingga dibutuhkan figur selain Jokowi yang sama-sama divaksin Covid-19 Sinovac, produk Tiongkok China.
"Presiden Turki Erdogan itu juga sudah vaksinasi dengan Sinovac. Erdogan di Indonesia banyak penggemarnya, banyak pengikutnya, bisa menepis anggapan misalnya vaksin asal China," tutur Tulus.