Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan kelemahan bangsa Indonesia adalah masih mudah terpecah belah dengan berbagai isu yang berkaitan dengan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
Keresahan itu disampaikan Jenderal Sigit saat bersilahturahmi dengan pengurus Kantor DPP Rabithah Alawiyah, Jakarta Selatan, Sabtu (30/1/2021).
Semula, dia menceritakan terkait perkembangan teknologi yang pesat mengubah tindakan kejahatan menuju kejahatan Siber.
Baca juga: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Instruksikan Para Kapolda Jalin Komunikasi yang Baik dengan Ulama
Menurutnya, banyak pihak yang menggunakan ruang siber untuk menyebarkan ungkapan yang bersifat SARA. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak dalam konflik horizontal di masyarakat.
"Kalau sifatnya masih kritik dan ujaran-ujaran keras dalam rangka mengkritik buat kita tidak ada masalah. Tetapi yang kita jaga adalah jangan sampai ruang siber dunia maya itu digunakan untuk mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang berdampak terhadap SARA. Hal tersebut pasti akan kami proses karena dampaknya luar biasa itu bisa konflik horizontal yang menimbulkan dan menyebarkan ke berbagai daerah," kata Sigit.
Sigit kemudian menceritakan bahwa isu-isu ini yang kerap menjadi kelemahan bangsa. Sebab, banyak masyarakat yang mudah terprovokasi dengan ujaran yang berkaitan dengan SARA.
"Konflik antar umat, konflik antar agama dan konflik antar ras itu yang harus kita jaga. Karena Indonesia negara kesepakatan yang di dalamnya dibangun dari dasar keberagaman. Tapi kalau keberagaman itu tidak bisa kita jaga maka tentunya apa yang sudah dibangun oleh para pendiri bangsa ini sia-sia. Karena dari dulu kelemahan kita itu mudah terpecah-belah," jelasnya.
Ia menuturkan potensi terpecah belah tersebut dikhawatirkan dapat dimanfaatkan oleh negara lain untuk menguasai dan merebut kekayaan bangsa Indonesia.
Mereka akan masuk seolah membuat konflik perang antara saudara.
"Sekarang potensi itu masih ada. Apalagi Indonesia punya potensi sumber daya alam yang luar biasa dan masyarakatnya begitu besar. Karena itu sudah menjadi sangat penting untuk negara-negara lain menguasai Indonesia," jelasnya.
Baca juga: Kabaharkam Berikan Waktu Sepekan Untuk Jajarannya Tindak Lanjuti Program Kerja 100 Hari Kapolri
"Caranya bagaimana? kalau perang terbuka kan sudah tidak mungkin. Tapi yang bisa dilakukan perang dengan proxy atau perang dengan pihak ketiga. Caranya bagaimana? Dengan paham tertentu dan hal-hal tertentu yang membuat kita kemudian akhirnya konflik. Begitu konflik negara lain yang masuk," lanjutnya.
Lebih lanjut, Sigit pun mencontohkan negara di Timur Tengah yang terus berperang sesama bangsa karena isu berkaitan dengan SARA. Jika itu terjadi, maka yang akan merugi adalah negara Indonesia.
"Tentunya harus ada informasi-informasi yang bisa kita sampaikan sehingga semuanya bisa paham. Karena kita akan rugi sendiri."
"Seperti Timur Tengah konflik-konflik di sana yang memanfaatkan umat yang ada pada saat itu dibenturkan dan ujung-ujungnya sumber daya alamnya dikuasai. Apa kita mau seperti itu? Ini hanya gambaran-gambaran dan ini saatnya kita bersatu dan bersinergi bersama-sama bangkit," tandasnya.