TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan penerapan GeNose sebagai deteksi awal Covid-19 pada transportasi kereta api mulai 5 Februari 2021.
Ahli Epidemiologi dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengingatkan, optimisme terhadap alat tersebut tidak boleh berlebihan.
"Tentu optimisme itu harus dibangun dalam situasi pandemi, tetapi tetap harus realistis, karena optimisme berlebihan menjerumuskan kita dan itu sudah terjadi," kata Dicky kepada Tribunnews.com, beberapa hari lalu.
Baca juga: Per 1 Februari: Angka Kasus Aktif Covid-19 Sebanyak 175.349 Kasus di RI
Ia melanjutkan, alat buatan UGM tersebut bukanlah hal yang baru di dunia.
Sejumlah negara telah melakukan uji coba dan sampai kini masih menjalani proses pengkajian lebih lanjut.
"Amerika kemudian Eropa semua benua sudah ada, tapi sampai saat ini belum ada negara yang menerapkan ini dalam bagian dari strategi ini karena apa karena masih perlu dikaji lebih lanjut," ungkapnya.
Meski demikian, hasil karya anak bangsa ini perlu diapresiasi dengan tetap memberikan pandangan yang berbasis ilmiah.
"Apresiasi tentu kita berikan. Jadi adanya kritik bukan berarti tidak apresiasi dalam dunia ilmiah kritik Itu dicari untuk memperkuat hasil," tutur Dicky.
Sejauh ini ia menilai, selain faktor lingkungan,
isu sensitifitas dan spesifitas dari alat ini juga dipertanyakan.
"Ditambah lagi jika dikaitkan dengan Covid-19, sebenarnya virus corona itu sendiri ada tujuh spesiesnya, nah ini harus memastikan apakah ini bisa membedakan dengan 4 (coronavirus) lain yang sudah endemik. Sehingga tidak terjadi, kesalahan kita dalam upaya untuk skrining," jelasnya.