Komentar Susi menjadi 'panas' lantaran mendapat balasan dari mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean.
Ferdinand menilai, sebagai mantan menteri Presiden Jokowi, tidak seharusnya Susi Pudjiastuti mengomentari negatif tentang Presiden.
Namun, Susi justru mengaku bahwa cuitannya sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi, yakni merindukan suasana normal.
"Justru relate, bukan tentang vaksin Covid-19. Saya me-refer tentang suasana rindu suasana normal, orang lelah, terus ditambah hate speech yang hanging around. Kan (hate speech) harus segera diselesaikan," tambah Susi Pudjiastuti.
3. Dilawan profesor
Susi Pudjiastuti dikenal kerap menyuarakan penolakannya terhadap kebijakan ekspor benih lobster, terutama di media sosial Twitter milknya pribadi.
Bahkan, ia juga sempat mengomentari kebijakan ekspor benih lobster yang dikeluarkan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.
Susi menyebut bahwa kebijakan tersebut adalah hal yang aneh, karena hanya Indonesia saja yang mengizinkan ekspor benih lobster.
Aksi Susi dalam bersuara terkait kebijakan ekspor benih lobster pun masih terjadi. Namun, ia mengaku aksinya diserang sejumlah kalangan, termasuk profesor. Susi pun juga menyinggung soal dirinya yang justru tidak tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), tetapi dikritik oleh profesor.
Baca juga: Viral Wedding Organizer Tawarkan Nikah Siri dan Poligami, Kementerian PPPA Turun Tangan
Hal itu disampaikan oleh Susi Pudjiastuti dalam program Kamar Rosi yang ditayangkan di YouTube KompasTV dengan dipandu oleh host Pemimpin Redaksi KompasTV, Rosianna Silalahi, Selasa (9/2/2021).
"Yang ngelawan aku sering kali profesor-profesor, tahu enggak Ros? Saya pikir kadang-kadang, gue SMA saja enggak lulus, yang ngeritik aku semuanya profesor, yang berlatar belakang perikanan atau apalah, profesor lawan saya, doktor lagi," kata Susi.
"Aneh, saya ini terlalu rendah pendidikannya, ngapain profesor harus lawan gua gitu lho. Aduuuuh," tambahnya.
Susi menyebut bahwa ada sejumlah hal yang dibicarakan oleh profesor, seperti keberlanjutan dari anak lobster yang mencapai Rp19 Miliar.
"Bicara sustainability lobster anaknya Rp19 miliar, satu doktor ekologi katanya kalau bibit lobster diambil tidak enggak apa-apa. Mumet gua," katanya.