TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menanggapi adanya pihak yang mencurigai Aisha Weddings dibuat terburu-buru dengan misi tertentu, Ketua Komnas perempuan Andy Yentriyani menilai hal itu merupakan ruang kepolisian.
Oleh karena itu, Andy menilai polisi perlu segera mengusut tuntas kasus tersebut.
Menurut Andy, langkah kepolisian diperlukan untuk mengurangi polemik yang tidak konstruktif dalam masyarakat.
"Ini ruang kepolisian. Karenanya polisi perlu segera mengusut tuntas agar bisa mengurangi polemik tidak konstruktif di dalam masyarakat," kata Andy ketika dihubungi Tribunnews.com pada Kamis (11/2/2021).
Baca juga: Muhammadiyah Nilai Aisha Weddings Menyalahi Aturan Perundang-undangan
Selain itu, kata Andy, Komnas Perempuan juga mendukung langkah kepolisian melakukan penyelidikan menyeluruh mengenai pelaksana iklan Aisha Weddings yang mempromosikan nikah dengan usia anak dan poligami tersebut.
Hal itu karena iklan tersebut, kata Andy, terindikasi melakukan praktik perdagangan orang melalui modus perkawinan anak.
"Komnas Perempuan juga mendukung langkah kepolisian melakukan penyelidikan menyeluruh mengenai pelaksana iklan ini sebab mendorong pelanggaran hukum terkait usia minimum pernikahan dan juga memiliki indikasi perdagangan orang melalui modus perkawinan anak," kata Andy.
Diberitakan Kompas.tv sebelumnya, analis media sosial sekaligus pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi mencurigai Aisha Weddings yang ramai sejak Rabu, (10/2/2021) memiliki misi tertentu.
Hal itu disebutkan Fahmi dalam cuitannya, @ismailfahmi, sejak Rabu malam (10/2/2021).
Ismail mengulik kejanggalan mulai dari domain yang sudah ada. "Sejak 2018 dan sebelumnya, semua redirect ke http://aishaevents.com. Lalu lompat diupdate pada 2021," cuitnya.
Walhasil, konten Aisha Weddings baru saja dibuat.
"Konten baru diupdate tanggal 9 Feb (kemaren banget), dan 10 Februari. Tampak landing page-nya baru dibandingkan dengan last update tahun 2018 lalu," kata Ismail.
KArena dibuat terburu-buru, konten belum lengkap, isi provokatif. Baru beberapa halaman yang terisi, seperti dalam beranda yang menuliskan "Keyakinan tentang Poligami" dan "Untuk Kaum Muda".
Sedangkan bagian Layanan, Covid-19, Kontak belum diisi. "Sepertinya web ini baru dibuat, tapi keburu ketahuan," tambahnya.
Ismail menyoroti isi konten provokatif namun keliru itu. Salah satu yang dinilai Islail adalah "Manfaat poligami yang bisa dinikmati umat Islam.
" Ismail pun tertawa. "Duh.. haha. Umat Islam yang beneran mau poligami, juga ndak akan menulis spt itu. Sptnya terburu2 bikin kontennya," ujarnya.
Meski demikian, Menurut Ismail, misi telah berhasil.
"Misi cukup Berhasil. Kalau melihat komentar2 yang paling populer di Twitter, sebagian curiga ini bisnis betulan. Tp banyak yang isinya percaya bahwa "Aisha Weddings" ini betul2 ada, shg menuding: ada penggunaan agama untuk trafficking, bisnis eseks2, agenda pedofilia, poligami," jelasnya.
Ismail pun menyertakan peta percakapan di medsos. "Kalau dari peta ini, misi "Aisha Wedding" cukup berhasil membuat heboh dan viral, karena beritanya diangkat oleh banyak media main stream, bahkan TV, meski isinya adalah pelaporan KPAI."
Di akhir cuitannya, Ismail membuat kesimpulan:
1/ Aisha Weddings ini sebagai WO resmi tidak jelas keberadaannya baik secara online maupun offline.
2/ Situs onlinenya juga baru diisi kontennya pada 9 Feb (berusia 1 hari), dan sebelumnya terakhir diupdate 2018, itupun redirect ke situs lain.
3/ Disinformasi yg meresahkan ini serius dibuat, dilihat dari spanduk (offline) yang disebar di beberapa titik.
4/ Banyak pihak sudah menyatakan keberatan atas iklan nikah muda, poligami, penyimpangan pemahaman agama dan UU yg dibuat oleh akun tidak jelas ini.
5/ Jika tujuannya untuk membangun keresahan, misi ini cukup berhasil, karena narasinya berhasil menarik komentar dari berbagai organisasi besar, dan juga diliput media mainstream dan TV.
Pada bagian Closing, Ismail menulis:
"Menurut saya sih, kehebohan publik ini tak perlu dilanjutkan. Karena memang tidak jelas siapa yang membuat, dan tujuannya sepertinya bukan sungguh2 sebagai iklan Wedding profesional.
Kita serahkan kepada kepolisian untuk mengungkap pelakunya biar tidak terulang," pungkasnya.