"Kalau nggak mandi itu rasanya dosa takut nularin bawa virus dari luar," ujarnya.
Selain itu, kata Basuki, saat ini banyak perkantoran, hingga rumah-rumah yang menyediakan fasilitas cuci tangan di depan kantor atau rumah.
Penyediaan fasilitas cuci tangan ini menurutnya akan terus bertambah bukan hanya di kantornya saja.
"Lalu cuci tangan, sekarang ini di depan kantor ada fasilitas cuci tangan, ini pasti akan terus begini. Dulu tiap rumah ada kendi, sekarang cuci tangan, ini mengubah peradaban," kata Basuki.
Basuki memperkirakan kebiasaan ini masih akan berlanjut meskipun pandemi Covid-19 sudah hilang.
"Ini semua mengubah peradaban dan semua itu pasti akan mengubah konsumsi air bersih kita," tuturnya.
Apa yang dikatakan Basuki terbukti.
Menurut hasil survei perubahan pola konsumsi air di tengah masyarakat dari Indonesia Water Institute (IWI), di tengah pandemi Covid-19 ini, konsumsi air bersih meningkat.
Dalam hasil survei yang dilakukan akhir 2020 lalu disebutkan total konsumsi air masyarakat untuk keperluan kebersihan dan sanitasi meningkat hingga lebih dari dua kali lipat di tengah pandemi.
Kini konsumsi air rumah tangga di Indonesia mencapai 995-1.415 liter per hari di tiap rumah, padahal di tahun 2013 konsumsi masih berada di level 415-615 liter per hari di tiap rumah.
Sama seperti yang dipaparkan Basuki, peningkatan terbesar terjadi untuk keperluan mandi dan cuci tangan.
Di tahun 2013 kebutuhan air untuk mandi di tiap rumah hanya 50-70 liter per hari, kini menjadi 150-210 liter per hari.
Baca juga: Ribuan Tracer Covid-19 Diterjunkan, Menkes : Laju Penularan Dapat Diturunkan
Baca juga: Terjadi Perubahaan Gaya Hidup Selama Pandemi dan Pascapandemi Covid-19
Untuk cuci tangan yang awalnya kebutuhan di tiap rumah hanya 4-5 liter per hari di tahun 2013.
Kini di tengah pandemi naik menjadi 20-25 liter per hari di tiap rumah.