2. Tawur Kesanga
Tawur kesanga jatuh sehari sebelum pelaksanaan Hari Raya Nyepi yaitu pada tilem kesanga.
Pada upacara tawur ini dilakukan persembahan kepada para bhuta berupa caru.
Caru ini dipesembahkan agar para bhuta tidak menurunkan sifat-sifatnya pada pelaksanaan Hari Raya Nyepi.
Hal ini juga bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur jahat dari diri manusia sehingga tidak mengikuti manusia pada tahun berikutnya.
Upacara tawur kesanga ini sering juga disebut dengan upacara pecaruan dan juga tergolong upacara bhuta yadnya.
3. Hari Nyepi
Hari raya nyepi dirayakan oleh umat dengan cara melakukan Catur Bratha Penyepian.
Catur bratha penyepian terdiri dari empat macam pantangan yaitu:
- Amati geni, tidak menyalakan api.
- Amati karya, tidak bekerja.
- Amati lelungaan, tidak bepergian. Makna mengistrahatkan badan.
- Amati lelanguan, tidak melakukan kegiatan hiburan.
Semua pantangan in dilakukan untuk mengekang hawa nafsu dan segala keinginan jahat sehingga dicapai suatu ketenangan atau kedamaian batin.
Dengan ini pikiran manusia bisa terintropeksi atas segala perbuatannya pada masa lalu dan pada saat yang sama memupuk perbuatan yang baik untuk tahun berikutnya.
Semua ini dilakukan selama satu hari penuh pada hari raya nyepi.
4. Ngembak Geni
Sehari setelah hari raya nyepi, semua aktivitas kembali berjalan seperti biasa.
Hari ini dimulai dengan persembahyangan dan pemanjatan doa kepada Hyang Widhi untuk kebaikan pada tahun yang baru.
Pada hari ngembak geni ini hendaknya umat saling bersilatuahmi dan memaafkan satu sama lain.
Hari raya nyepi pada hakekatnya adalah hari pengekangan hawa nafsu dan intropeksi diri atas segala perbuatan yang dilakukan pada masa lalu.
Pelaksanaan hari raya nyepi ini harus didasari dengan niat yang kuat, tulus dan ikhlas tanpa ada ambisi tertentu.
Pengekangan hawa nafsu untuk mencapai kebebasan batin memang suatu ikatan tetapi ikatan itu dilakukan dengan penuh keikhlasan.
(Tribunnews.com/Nadya) (Kompas.com/Ari Welianto)