"Menurut kami masih perjalanan cukup panjang digunakan dalam program. Meski begitu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan terus mendukung inovasi dalam bangsa," kata Juru bicara (jubir) Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemkes), Siti Nadia Tarmizi, Minggu (21/2/2021).
Hal ini, ia ungkapkan dalam acara Webinar Series Tim Advokasi Vaksinasi PB IDI bersama KPC PEN, Minggu (21/2/2021).
Baca juga: Muncul Vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih? Ini Kata Kemenkes
Baca juga: Jangan Khawatir, Hal Ini Biasa Terjadi Usai Divaksin Covid-19
Seperti dilaporkan Kompas TV, Selasa (16/2/2021), Terawan yang juga merupakan inisiator mengatakan bahwa Vaksin Nusantara adalah solusi yang ditawarkan bagi pasien komorbid (penyakit penyerta).
"Jadi pada waktu saya dapat amanah untuk mencari vaksin yang bisa untuk komorbid, komorbid kan berbagai macam termasuk auto immune dan sebagainya. Tentunya konsep generalized harus diubah menjadi konsep personality individual vaccination," ujar Terawan.
Lantas, benarkah vaksin Nusantara cocok untuk komorbid dan autoimun?
Diberitakan Kompas.com edisi Rabu (17/2/2021), tim peneliti memaparkan Vaksin Nusantara aman untuk semua golongan, termasuk bagi warga yang memiliki komorbid dan anak-anak.
"Lebih dari 30 orang yang diuji klinis tahap satu itu hasilnya aman dan tidak menimbulkan efek dan gejala apa pun yang membahayakan," ucap Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Laka Lena yang menyatakan siap menjadi relawan uji klinis fase 2 Vaksin Nusantara.
"Dan hasil penelitan dari antibodinya atau imunogenitas atau kemampuan untuk menghasilkan daya tahan tubuh terhadap Covid itu juga tinggi," ujar Melki.
Berkenaan dengan klaim tersebut, ahli biologi molekuler Indonesia Ahmad Utomo justru mengatakan ada pertanyaan besar tentang Vaksin Nusantara ini di kalangan ilmuwan.
"Pertama, relawannya itu demografinya seperti apa? Apakah ada orang yang komorbid (menjadi relawan), apakah ada yang autoimun, dan rentang usia (relawan) berapa saja," kata Ahmad dihubungi Kompas.com, Rabu (17/2/2021).
"Ini kita harus tahu juga demografi dari relawan seperti apa, kok (jumlah relawan) cuma 30?" imbuh dia.
Jika dibandingkan dengan uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan Bio Farma dan Universitas Padjajaran (Unpad) di Bandung, jumlah relawan yang dilibatkan adalah 1.620 orang yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok vaksin dan kelompok plasebo.
Dalam pelaksanaan uji klinis, tim peneliti Unpad pun memaparkan data yang menunjukkan bahwa dalam waktu satu bulan sudah muncul antibodi pada 100 persen relawan yang ada di kelompok yang diberi vaksin.
"Nah, kalau yang Vaksin Nusantara pada 30 orang ini seperti apa. Kalau muncul (antibodi) dalam berapa lama dan jumlahnya berapa banyak," ucapnya kritis.