TRIBUNNEWS.COM, PRABUMULIH - Adil Humaidi, remaja berusia 13 tahun ini tak tahan dan langsung menangis histeris saat melihat para pembunuh memperagakan adegan aksi pembunuhan terhadap almarhum ayahnya.
Remaja yang sehari-hari disapa Padli ini menganggap aksi pembunuhan terhadap ayah kandungnya sangat keji dan biadab. Kebaikan ayahnya selama ini kepada pelaku dibalas dengan perbuatan keji.
Dia tak menyangka bagaimana pelaku yang disebutnya telah banyak dibantu oleh ayahnya tega melakukan pembunuhan itu.
Padli adalah anak almarhum Romadon Jailani, seorang petani cabai yang dibunuh oleh temannya bernama Warnen alias Menel (38) di pondok kebun cabai tepatnya di belakang Citimall Prabumulih.
Semua itu terekam dalam adegan rekonstruksi yang digelar Polsek Prabumulih Timur, kota Prabumulih, Sumatera Selatan, pada Senin (15/3/2021).
Dalam reka ulang tersebut anak semata wayang korban menangis histeris usai menyaksikan cara pelaku membunuh ayahnya.
Sambil menangis histeris, dia meminta pelaku yang telah dia kenal tersebut dihukum mati.
"Minta dihukum seadil-adilnya, adil ya hukuman matilah," katanya seraya menangis histeris ketika dibincangi wartawan.
Padli mengaku hukuman mati pantas untuk pelaku karena ayahnya sebelum menghembuskan nafas terakhir dibuat menderita dan sakit oleh pelaku.
"Papa aku disusahi dia, papa sudah baik malah dibalas seperti itu," ungkap Padli sambil mengangis tersedu.
Keluarga korban Ramadon Jailani yang menyaksikan rekontruksi tersebut juga sempat kesal dan marah melihat pelaku yang tega melakukan pembunuhan padahal korban telah menampung pelaku untuk tinggal di pondok.
Beberapa keluarga bahkan berusaha memukul pelaku.
Namun beruntung petugas kepolisian dari Polsek Prabumulih Timur dibantu tim tantura melakukan pengamanan di areal rekontruksi sehingga pelaku tidak menjadi bulan-bulan kemarahan keluarga korban.
Dalam rekonstruksi tersebut korban diperankan oleh warga.