Rekson menuturkan, berbagai rintangan dihadapi oleh Muchtar untuk mendapatkan keadilan itu.
Tidak hanya membuat banyak buruh terkena PHK, pihaknya juga berhadapan dengan para pemimpin lain di dunia.
Terlebih, kala itu, Rekson menuturkan Indonesia tengah menjadi sorotan dunia karena dipimpin oleh diktator terlama di Asia.
"Itulah legasi besarnya dalam serikat buruh, dimana perjuangan itu ada banyak korban," jelas Rekson.
Lebih lanjut, Rekson mengaku dekat dengan sosok Muchtar sejak 1992 karena sama-sama bergabung dalam SBSI.
Baca juga: Kabar Duka, Tokoh Gerakan Buruh Muchtar Pakpahan Meninggal Dunia
Ia pun masih kerap berkomunikasi dengan Muchtar meski sosoknya dalam keadaan sakit.
"Dua minggu lalu (terakhir berkomunikasi, red), kami sering berkomunikasi ketika beliau sakit," ujar Rekson.
Sampai akhir hayatnya, Rekson pun tak heran jika sosok Muchtar masih terus mengkritisi berbagai perubahan terkait hak-hak buruh.
Tak terkecuali tentang Undang-Undang Cipta Kerja yang sempat menghebohkan publik pada 2020 lalu.
Menurut Rekson, Muchtar merupakan sosok yang banyak menderita di masa lampau akibat perjuangannya membela kaum buruh.
Jadi, sudah pasti sosoknya akan terus berkecimpung membela hak-hak buruh meskipun dalam keadaan sakit.
"Kalau ada perubahan Undang-Undang tentang politik, pasti dia laporan, mendengar orang dan kasih pendapat."
"Memang dia sosok yang banyak menderita di masanya, sehingga mungkin beliau tidak mau penderitaannya sia-sia makanya terus terlibat," tuturnya.
Terakhir, Rekson juga menyinggung keteladanan sosok Muchtar membela kaum buruh di Indonesia.