TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Politisi Partai Golkar DR HC Nurdin Halid terang-terangan menyebut Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto layak menjadi Presiden RI periode 2024-2029 sebagai suksesor kepemimpinan Jokowi di 10 tahun pemerintahannya.
Di mata Nurdin Halid, Airlangga Hartarto adalah sosok yang layak dan pantas melanjutkan kepemimpinan Joko Widodo untuk 5 tahun ke depan mulai 2024-2029.
Dia beralasan, selain memiliki kapasitas, kapabilitas, integritas, dan sarat pengalaman, Airlangga Hartarto juga dinilai memiliki chemistry yang kuat dengan Presiden Jokowi.
Nurdin Halid panjang lebar menyampaikan hal tersebut menanggapi isi keputusan
Rapimnas I Partai Golkar awal Maret lalu yang secara bulat menetapkan Airlangga Hartarto
sebagai calon presiden partai berlambang pohon beringin tersebut.
Kata Nurdin Halid, Airlangga Hartarto sebagai kader terbaik partai berlambang Pohon Beringin yang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk mengambil-alih tongkat kepemimpinan Indonesia 2024-2029.
Dijelaskan, posisi Airlangga sebagai ketua umum Partai Golkar dan kinerja serta prestasi
nyata sebagai Menko Perekonomian maupun Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional menjadi modal sosial dan modal politik bagi Golkar untuk
memenangkan pertarungan di Pemilu 2014, baik pemilu legislatif maupun pemilu
Presiden.
“Dengan modal kapasitas dan kapabilitas, serta prestasinya selama ini sebagai anggota
kabinet dalam dua periode pemerintahan Pak Jokowi memberikan insentif elektoral ke
depan baik bagi Golkar maupun capres yang diusung Golkar ini," ujarnya.
Baca juga: Anies Baswedan Jadi Capres Pilihan Anak Muda Menurut Survei, PKS: Bravo, Mesti Terus Komunikasi
Di sisi lain, Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto adalah sosok pemimpin Indonesia modern dan demokratis yang dibutuhkan negara bangsa ini untuk melanjutkan berbagai pencapaian.
Baca juga: Survei Suara Anak Muda Terhadap Isu Sosial Politik: dari Jokowi Tangani Pandemi hingga Capres 2024
Rapimnas I Partai Golkar meyakini Airlangga Hartarto mampu memimpin koalisi besar partai politik untuk meraih kemenangan dalam tiga agenda pesta demokrasi bersejarah tahun 2024, yaitu Pileg (Pemilu Legislatif), Pilpres (Pemilu Presiden) dan Pilkada (Pemilu Kepala Daerah) tahun 2024.
Baca juga: Saat Pantun Ketum MKGR Singgung Airlangga sebagai Capres dari Partai Golkar
“Rapimnas mengeluarkan keputusan yang luar biasa strategis karena percepatan konsolidasi
organisasi menjadi partai modern sudah terurai sangat baik," kata Nurdin Halid.
"Kini, langkah-langkah konsolidasi untuk menjadi pemimpin koalisi besar tinggal diimplentasikan oleh segenap struktur dan jaringan, mulai dari pusat, DPD I, DPD II hingga di level akar rumput di desa,” ujarnya.
Rapimnas I Partai Golkar dihadiri wakil dari 34 DPD Provinsi, Hasta Karya, Organisasi Sayap
Golkar, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, Dewan Penasihat, Dewan Pakar, dan Dewan
Etik.
Nurdin Halid menjelaskan, target kemenangan di tiga event politik dan memimpin koalisi besar partai politik dalam kontestasi demokrasi 2024 dilandasi analisis data dan fakta serta
beberapa pertimbangan argumentatif.
Disebutkan, Golkar adalah pemenang kedua dalam Pileg 2019 dengan perolehan suara 12 persen.
Dengan berbagai langkah konsolidasi organisasi dan modernisasi manajemen empat tahun terakhir hingga nanti tahun 2024, Nurdin Halid meyakini perolehan suara Golkar tahun 2024 akan naik secara signifikan.
“Pemenang kedua dengan perolehan suara 12% adalah pencapaian yang signifikan justru di
saat Golkar baru menyelesaikan masalah internal yang berkepanjangan," ujarnya.
Sebagai pemenang nomor dua dengan 12% suara, wajar saja kalau Golkar menempatkan diri sebagai pemimpin Koalisi Besar.
"Butuh tambahan satu partai saja untuk bisa dapat tiket mencalonkan presiden.
Tapi kita tentu berharap tidak hanya satu partai, melainkan dengan beberapa partai,” ujar
Nurdin Halid.
Sapu Bersih
Nurdin menambahkan, target ‘sapu bersih’ kemenangan juga didasari fakta bahwa tahun
2024 tidak ada lagi incumbent sehingga medan pertarungan menjadi sangat luas.
Ibarat mencari ikan di laut lepas, maka sejak awal harus dipersiapkan dengan baik dan matang, mulai dari kapalnya harus besar, alat pancing yang canggih, dan logistik yang kuat. Itu tidak bisa dilakukan di ujung.
“Jadi, Partai Golkar sejak awal mengumumkan capresnya secara terbuka. Ini hasil kajian
mendalam. Tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi," kata dia.
"Dengan begitu, segenap sumberdaya dan kekuatan yang dimiliki Partai Golkar bisa dikonsolidasikan ke satu titik, yaitu kemenangan Pileg dan Pilpres, juga Pilkada serentak 2024,” ujar Nurdin Halid.
Bagaimana Kans Anies Baswedan?
Internal Partai Gerindra sudah mewacanakan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan maju jadi calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2024.
Menanggapi hal itu, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyayangkan jika seorang Anies hanya menjadi cawapres.
"Era ke depan bagus memajukan pemimpin muda. Mas Anies sayang kalau hanya jadi cawapres," kata Mardani kepada Tribunnews.com, Selasa (23/3/2021).
Mardani menilai masih ada waktu panjang bagi Anies untuk membuktikan layak menjadi kontestan dalam perhelatan Pilpres.
Namun, dia menilai wajar jika ada wacana memasangkan Prabowo dengan Anies.
"Tapi untuk maju capres perlu koalisi dengan banyak partai. Pak Prabowo dan Mas Anies bisa dikategorikan dalam satu rumpun," ujarnya.
Diketahui, wacana menduetkan Prabowo dengan Anies dilontarkan Ketua DPP Partai Gerindra Desmond Mahesa.
"Paling bagus menurut saya Prabowo presiden, Anies wapresnya,” ungkap Desmond, Senin (22/3/2021).
Survei terbaru
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis survei yang temuannya secara umum menyatakan nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meraih suara terbanyak dari anak muda berdasarkan simulasi 17 nama yang disodorkan dalam survei.
Pertanyaan yang diajukan dalam survei tersebut adalah "Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Anda pilih sebagai presiden di antara nama-nama berikut ini?".
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan dari 17 nama yang disodorkan, Anies mendapat suara tertinggi yakni 15,2 persen.
Sedangkan pada peringkat kedua, kata Burhanuddin jatuh pada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan perolehan 13,7 persen.
Kalau ditanya kepada anak muda 17 nama, yang paling tinggi meskipun dalam kisaran margin of error, kata Burhanuddin, secara umum tidak ada nama yang dominan.
Nama-nama yang meraih suara di bawah dua persen, kata Burhanuddin, di antaranya Erick Tohir, Tito Karnavian, Puan Maharani, Gatot Nurmantyo, Khofifah Indar Parawansa, KH Ma'ruf Amin, Budi Gunawan, Bambang Soesatyo, Airlangga Hartarto, Mahfud MD, Muhaimin Iskandar.
Hal tersebut disampaikannya dalam rilis survei bertajuk Suara Anak Muda Terhadap Isu-Isu Sosial Politik Bangsa secara virtual pada Minggu (21/3/2021).
"Tetapi di antara 17 nama, yang paling tinggi secara absolut itu Anies Baswedan di angka 15, 2 persen. Ganjar 13,7 persen. Bedanya tidak signifikan. Ridwan Kamil 10,2 persen. Sandiaga Uno 9,8 persen. Pak Prabowo 9,5 persen, AHY 4,1 persen. Yang lain di bawah dua persen," kata Burhanuddin.
Secara umum, temuan survei tersebut juga menyatakan pemilih Presiden Joko Widodo menyebar.
Sementara, lanjut dia, Anies paling banyak mendapat dukungan di antara mereka yang mencoblos Pak Prabowo-Sandi di 2019 kemarin.
Selain itu, kata dia, berdasarkan temuan survei tersebut juga masing-masing nama memiliki kekuatan suaranya di segmen-segmen demografi tertentu.
"Misalnya di sini 22 persen etnik Jawa itu memilih Pak Ganjar Pranowo. Ada juga 10,3 persen Jawa yang memilih Sandiaga Uno. Anies cukup lumayan dapat 12,2, persen dari kalangan anak muda Jawa," kata dia.
Sementara di etnik Sunda, kata dia, Anies mendapat 15,5 persen dan Prabowo mendapat 10,3 persen.
"Tapi yang paling banyak mendapat dukungan dari anak muda etnik Sunda Ridwan Kamil 28,6 persen," kata Burhanuddin.
Survei tersebut dilaksanakan pada 4 sampai 10 Maret 2021.
Survei dilakukan melalui kontak telpon kepada responden mengingat situasi pandemi covid-19.
Populasi survei adalah generasi Z yang lahir pasca reformasi yang berusia 17 tahun sampai 21 tahun.
Sampel survei sebanyak 1.200 responden yang dipilih secara acak dari sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2018 hingga Maret 2020.
Survei dilakukan dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden, dan memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sekitar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Tak puas dengan kinerja Jokowi
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis survei yang temuannya secara umum menyatakan mayoritas anak muda di DKI Jakarta tidak puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo.
Pertanyaan yang diajukan dalam survei tersebut adalah "Secara umum, apakah sejauh ini Anda sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tidak puas sama sekali dengan kinerja Presiden Joko Widodo?".
Berdasarkan hasil cross tabulasi dalam survei tersebut menyatakan 61,7 persen anak muda di DKI Jakarta tidak puas.
Hanya 35,8 persen anak muda di DKI Jakarta yang menyatakan sangat puas terhadap kinerja Jokowi.
Namun tingkat kepuasan berimbang pada anak muda terutama di Sulawesi, etnis Minang, dan tingkat pendidikan SD ke bawah.
Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei bertajuk Suara Anak Muda Terhadap Isu-Isu Sosial Politik Bangsa secara virtual pada Minggu (21/3/2021).
"Kalau Bapak Ibu sekalian bisa cek, kalau di cross tabulasi, anak muda di segmen mana yang cenderung tidak puas. Anak muda di DKI (Jakarta) mayoritas tidak puas," kata Burhanuddin.
Burhanuddin mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kepuasan terhadap preisden di mata anak muda (58,6 persen) dengan tingkat kepuasan presiden di mata masyarakat secara umum (57,8 persen).
Berdasarkan survei tersebut 58,6 persen anak muda cukup puas dan 6,1 persen anak muda sangat puas.
Sedangkan 57,8 persen masyarakat umum secara umum cukup puas dan 5,1 persen lainnya secara umum sangat puas.
"Jadi tingkat kepuasan antara populasi umum dengan anak muda itu di kisaran 65 persen," kata Burhanuddin.
Survei tersebut dilaksanakan pada 4 sampai 10 Maret 2021. Survei dilakukan melalui kontak telpon kepada responden mengingat situasi pandemi covid-19.
Populasi survei adalah generasi Z yang lahir pasca reformasi yang berusia 17 tahun sampai 21 tahun.
Sampel survei sebanyak 1.200 responden yang dipilih secara acak dari sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2018 hingga Maret 2020.
Survei dilakukan dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden, dan memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sekitar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.