Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menerima gelar doktor kehormatan dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penganugerahan gelar doktor kehormatan kepada Doni Monardo dilakukan pada Sabtu (27/3/2021).
Sekretaris Senat Akademik IPB Muhamad Syukur membacakan isi penganugrahan gelar doktor kehormataan itu.
Baca juga: Guru Besar IPB Apresiasi Potensi Panen Padi 2021 Mencapai 4,86 Juta Hektar
Menurut Syukur, pemberian gelar doktor kehormatan itu dikukuhkan lewat Keputusan Senat Akademik IPB Nomor 21/IT3.SA/PP/2020 tentang Persetujuan Pemberian Gelar Doktor Kehormatan kepada Letjen TNI Doni Monardo.
"Menyetujui pemberian gelar doktor kehormatan kepada Letjen TNI Doni Monardo dalam bidang Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan, ditetapkan di Bogor pada tanggal 10 November 2020," kata Muhamad Syukur yang disiarkan kanal YouTube IPB Tv.
Baca juga: Kasus Kematian Covid-19 di Lampung Tertinggi Kedua, Doni Monardo Ingatkan Hal ini
Usulan pemberian gelar doktor kehormatan kepada Doni Monardo diajukan oleh rektor IPB Prof. Dr. Arif Satria pada 12 September 2020.
Kemudian pada 20 Oktober 2020, Senat Akademi mengadakan Sidang Pleno untuk menyetujui usulan pemberian gelar doktor kehormatan kepada Doni Monardo.
Senat Akademik IPB menganggap, Doni Monardo mempunyai kontribusi nyata bagi lingkungan.
Dalam kesempatan itu, Doni menyampaikan pidato ilmiah berjudul Model Tata Kelola Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Doni menceritakan bahwa dirinya sangat berkomitmen untuk menghijaukan suatu lahan.
Hal itu dimulai dari tempat saat bertugas yakni dengan menanam pohon di Asrama Brigif Para Raider III/Tri Budi Sakti Kostrad di Kariango, Sulawesi Selatan.
Lalu, pembibitan Trembesi, serta menanamnya di banyak tempat di Sulawesi Selatan termasuk di Lapangan Karebosi dan Bandara Sultan Hasanuddin.
Saat bertugas di Paspampres di Jakarta, Doni berkomitmen untuk buktikan dengan membuat kebun bibit Trembesi di Cikeas pada akhir November 2008.
Selanjutnya, tahun 2010 Doni mengembangkan kebun bibit di Rancamaya.
Kemudian 100 ribu bibit Sengon dibagikan secara gratis kepada masyarakat termasuk warga terdampak erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Setahun kemudian, Doni mendirikan Paguyuban Budiasi di Sentul.
"Budiasi kependekan dari Budidaya Trembesi, nama pemberian Bapak SBY, Presiden Republik Indonesia saat itu. Sampai hari ini Paguyuban Budiasi telah memproduksi lebih dari 20 juta pohon, terdiri dari 150 jenis pohon termasuk tanaman langka, yang dibagikan ke berbagai daerah termasuk Timor Leste," ucap Doni.
Doni menjelaskan kegemarannya menanam pohon Trembesi.
Ia mengamati, di sekitar bangunan pemerintah peninggalan Belanda, setidaknya ada tiga jenis pohon yaitu: Trembesi, Asam, dan Beringin.
"Diperkuat dengan hasil penelitian Dr. Endes N. Dahlan, Dosen Fakultas Kehutanan IPB, yang mengatakan bahwa pohon Trembesi adalah penyerap polutan terbaik. Satu pohon Trembesi yang lebar kanopinya telah mencapai 15 meter, mampu menyerap polutan atau gas karbon dioksida sebanyak 28,5 ton per tahun," kata Doni.
"Pohon ini termasuk jenis tanaman 'die hard'. Dapat tumbuh di tempat yang tandus dan di tempat yang lembab atau basah, di daerah tropis yang tumbuh hingga ketinggian 600 meter diatas permukaan laut," tambahnya.
Menurut Doni berkat pengetahuannya tentang tanaman, ia banyak terbantu ketika ditugaskan sebagai Kepala BNPB.
"Artinya, ada banyak jenis vegetasi di tanah air, bila dimanfaatkan secara maksimal, dapat mengurangi risiko timbulnya korban jiwa ketika terjadi bencana," jelasnya.