Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI), hari ini, Senin (29/3/2021) berulang tahun ke-99 dengan berbagai tantangan yang ada serta perlu komitmen kuat untuk membangkitkan hobi mengumpulkan prangko tersebut.
Seorang mantan Direktur PT Pos Indonesia dan juga mantan pimpinan PFI, Srijoto, yang disampaikan melalui Pringgodiprojo, mantan Kepala Museum Prangko Indonesia yang pertama di Taman Mini Indonesia, menyatakan beratnya tantangan saat ini.
"Semoga saja ada jajaran internal yang mampu merintis ulang untuk kebangkitannya," kata Srijoto.
Di samping itu ada pula nilai-nilai luhur dalam hobi filateli yaitu ketekunan, kesabaran, kejujuran, rasa bersahabat, memperluas pengetahuan, yang merupakan unsur-unsur penting di dalam pembinaan karakter.
"Mengembangkan filateli dapat menciptakan pasar yang captive serta high yield bagi PT Pos Indonesia sendiri. Sungguh sangat tidak mudah dan memerlukan toughness, high spirit and strong commitment untuk membangkitkannya kembali, serta harus dimotori oleh PT Pos Indonesia sendiri. Dirgahayu ke 99 PFI," tambahnya.
Awal mula Perkumpulan Filatelis Indonesia pada saat Indonesia masih menjadi tanah jajahan Belanda.
Didirikan di Batavia (kini Jakarta) pada tanggal 29 Maret 1922 suatu perkumpulan penggemar prangko yang bernama VPNI (Vereniging van Postzegelverzamelaar in Nederlands Indie).
Indonesia masih bernama Nederlands Indie saat itu.
Dalam perkembangan selanjutnya dan saat Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, perkumpulan ini mengalami sedikit kekosongan. Terutama dalam kepengurusan serta kegiatannya.
Kepengurusan kebanyakan dipegang oleh orang Belanda. Setelah setahun kemerdekaan, perkumpulan berjalan lagi perlahan-lahan.
Nama Nederlands Indie berubah menjadi Indonesia saat itu.
Pada tahun 1947 perkumpulan ini mengganti namanya menjadi AVPI (Algemene Vereniging voor Philatelisten in Indonesie) sesuai nama aslinya, bukan Indonesia tetapi "Indonesie").
Perjalanan selama kurang lebih 25 tahun sejak lahir sampai menjadi AVPI belum dapat diketahui berhubung bukti tertulis belum ditemukan dan bekas pengurusnya pun semua telah “dimakan usia”.