Sehingga tak ada yang dapat dijumpai sementara ini. Praktis dengan demikian segala kegiatan selama itu belum
dapat diketahui.
Melalui media komunikasi AVPI yang pertama setelah perang kemerdekaan berupa majalah berukuran 15,5 cm x 23,5 cm (ukuran satu halaman) dengan nama Majalah AVPI No.1 bulan Juni tahun 1952, dapat ditelusuri susunan pengurus perkumpulan filatelis tersebut.
Untuk anggota filatelis Jakarta sudah diadakan pertemuan tanggal 6 Juli 1952 dimulai pukul 9.30 (hari Minggu) di Logegebouw (kini gedung Bappenas, Jl Taman Suropati 2, Jakarta Pusat).
Sedangkan pertemuan remaja pada hari Minggu terakhir dalam bulan, bertempat di Jalan Kenari 13, Jakarta Pusat. Dipimpin langsung oleh WF Rozenberg.
Bulan November 1952 Ketua Pengurus Besar PFI yang baru masih tetap orang Belanda yaitu I Van Bueren Arts. Sekretaris I baru yaitu F Simon, warga Indonesia dan Bendahara baru yaitu CB Moorman.
Ketatnya pengiriman prangko ke luar negeri telah diputuskan oleh Lembaga Alat-alat Pembayaran Luar Negeri (LAAPN).
Pemberitaan ini dapat dibaca di halaman ilustrasi belakang buku ini.
Pengetatan ini juga dilakukan pada tahun 1955 dengan ke luarnya sebuah keputusan dari Menteri Perekonomian tanggal 31 Desember 1955.
Pada Majalah Philatelie (dahulu bernama Majalah AVPI) No.3, Maret 1953, tercantum nama PUPI (Perkumpulan Umum Philatelis di Indonesia).
Anggaran Dasar yang baru sudah dibuat dan telah diserahkan kepada Departemen Kehakiman. Tinggal menunggu persetujuan saja.
Dengan demikian mulai permulaan tahun 1953 nama Perkumpulan menjadi Perkumpulan Umum Philatelis di Indonesia.
Selanjutnya sebagai penampilan pertama di muka umum, diadakanlah suatu pameran yang bernama “Onder de Loupe” (Di bawah Suryakanta atau Di bawah kaca pembesar atau Di bawah Lup).
Pameran pertama setelah pecah perang kemerdekaan ini dilangsungkan tanggal 12 sampai dengan 15 Nopember 1953 bertempat di Jalan Gajah Mada, Jakarta, berada antara Hotel Gajah Mada dengan kantor harian Kompas.
Pameran prangko ini bentuk penyajiannya lain dengan sekarang. Dulu pemasangan panel pameran direbahkan secara mendatar.
Seperti melihat permata di toko perhiasan atau toko emas. Kalau kini pemasangan panel secara tegak lurus sehingga pengunjung berdiri langsung menatap ke muka.