Menurut Nasir yang pernah jadi mentor para jihadis JI di Mindanao dan Poso, para pelaku pengeboman ini direkrut dan disiapkan sejak lama.
Di Makassar yang pelakunya suami istri, sudah terekrut sejak sebelum mereka menikah. Mentornya Rizaldi. Orang ini sudah tewas tertembak awal tahun saat akan ditangkap polisi.
“Mereka sudah direkrut untuk jadi orang yang aktif di kelompok JAD. Mereka bagian dari yang dicari setelah penangkapan massal di Sulawesi Selatan lalu,” beber Nasir.
Menurutnya, polisi sudah mengetahui rencana. Tapi yang tidak diketahui di mana dan siapa? Akhirnya diketahui ternyata di Makassar dan pelakunya suami istri itu.
“Ini mengkhawatirkan perkembangan JAD yang merekrut anak-anak muda. Sasaran utama mereka dua, polisi yang dianggap menghalangi. Kedua, umat Kristiani,” katanya.
“Mereka juga menyasar orang muslim yang dianggap menghalangi mereka. Lalu mengapa gereja? Menurut pelaku kader JAD yang saya tanya, mereka menganggap dari dulu orang Kristen tidak suka dan memusuhi Islam,” imbuhnya.
Menurut kelompok ini, kata Nasir Abas, yang merusak, mengobrakabrik Islam ini orang Kristen. JAD ini berafiliasi ke ISIS. Begitu juga dengan MIT di Poso. Kelompok ini berafiliasi ke ISIS.
“Jadi siapa saja yang mendukung ISIS, dianggap bagian dari mereka. Walau beda kelompok, mau JAD, MIT, FPI, kalau meeka setuju dengan ISIS, ya mereka saling nyambung,” jelasnya.
JAD dan MIT Berbaiat ke ISIS
JAD dan MIT punya hubungan, saling dukung. Itulah jawaban mengapa pula MIT bisa eksis sampai hari ini, karena ada support logistik, bantu jalur dan lain-lain,” kata kakak ipar almarhum Ali Ghufron, pemimpin pengeboman di Bali 2002.
Narasi dan aksi kekerasan di Sulawesi ini menurut Nasir Abbas juga terus dikampanyekan kelompok MIT (Mujahidin Indonesia Timur).
“Karena alasan histori konflik Poso, maka sampai hari ini masih ada pemikiran ada ketidakadilan, belum ada keseimbangan menyangkut korban. Segelintir orang ini terus mengungkit-ungkit, dan menuduh pemerintah tidak juga menciptakan keadilan,” jelas Nasir Abbas.
Ditambah lagi, kelompok-kelompok radikal ini bermaksud melaksanakan seruan pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi.
Al Baghdadi pernah menyerukan anggota ISIS dan setiap orang muslim melakukan operasi di manapun berada membunuh musuh-musuh mereka.