Di JI dulu, peran perempuan dibatasi. “Inilah dia penyimpangan yang berkembang di kalangan mereka. Mereka meyakini kalau lelaki bisa berbuat kenapa wanita tidak bisa berbuat. Kalau lelaki berperang, kenapa wanita tidak bisa berperang,” katanya.
“Di JI dulu ada wanita, tapi dibatasi perannya. Tak pernah ada wanita jadi eksekutor. Di JAD, tidak dibatasi siapa saja bisa terlibat operasi. Kita lihat lah hasilnya. Akan ada lagi,” katanya memperingatkan.
Sekali lagi, Nasir Abbas memperingatkan ke masyarakat, di zaman sekarang saat informasi tak terbatas. Kelompok teroris ini memanfaatkannya untuk menyebar kebencian, hasutan, fitnah.
“Karena itu yang terbaik, kita harus cek, pilah informasi, dan jangan satu sumber saja. Dapatkan informasi dari orang yang berkompeten,” katanya.
Tentang narasi keagamaan setiap aksi teror, Nasir Abbas mengatakan, mayoritas umat Islam tidak menginginkannya.
“Kita tidak mau mengaitkan agama, mereka lah yang mau dan mengaitkan. Ini realitas. Bukan agama yang kita diskusikan, tapi kesesatan mereka. Pelakunya beragama, tapi salah jalan atau sesat,” tegas Nasir Abbas.(Tribunnews.com/xna)